Rasisnya Yahudi......
Friday, June 1, 2018
Add Comment
بسم الله الرØمن الرØيم
Meskipun banyak menerima kritik tajam dalam al-Quran, ada saja diantara kaum Yahudi yang nyeleneh. Ia tidak menyerupai Yahudi kebanyakan. Di masa Rasulullah SAW, ada Abdullah bin Salam dan Mukhairiq, dua orang pemuka Yahudi yang kesannya mendapatkan kebenaran Islam. Namun, keduanya menjadi materi ejekan oleh kaumnya. Mukhairiq bahkan kesannya gugur sebagai syuhada dalam Parang Uhud.
Di masa modern ini, ada juga sejumlah Yahudi yang nyeleneh. Di antara mereka ada yang masuk Islam dan menjadi cendekiawan Muslim yang hebat. Ada juga yang belum hingga masuk Islam. Tapi, memperlihatkan kritik-kritik yang keras terhadap aliran agama Yahudi dan kekejaman negara Israel. Salah satu tokoh Yahudi jenis yang kedua yakni Prof. Dr. Israel Shahak, seorang pakar biokimia dari Hebrew University.
Prof. Dr. Israel Shahak memang bukan Yahudi biasa. Dia tidak menyerupai sebagaimana kebanyakan Yahudi lainnya, yang mendukung atau hanya melongo saja menyaksikan kejahatan kaumnya. Suatu ketika, ketika beliau berada di Jerusalem, pakar biokimia dari Hebrew University ini menjumpai kasus yang mengubah pikiran dan jalan hidupnya. Saat itu, hari Sabtu (Sabath) Shahak berusaha meminjam telepon seorang Yahudi untuk memanggil ambulan, demi menolong seorang non-Yahudi yang sedang dalam kondisi kritis.
Di luar dugaannya, si Yahudi menolak meminjamkan teleponnya. Orang non-Yahudi itu pun kesannya tidak tertolong lagi. Prof. Shahak kemudian membawa kasus ini ke Dewan Rabbi Yahudi – semacam majlis ulama Yahudi – di Jerusalem. Dia menanyakan, apakah berdasarkan agama Yahudi, tindakan si Yahudi yang tidak mau menyelamatkan orang non-Yahudi itu sanggup dibenarkan oleh agama Yahudi. Lagi-lagi, Prof. Shahak terperangah. Dewan Rabbi Yahudi di Jerusalem (The Rabbinical Court of Jerusalem) menyetujui tindakan si Yahudi yang mengantarkan orang non-Yahudi ke ujung maut. Bahkan, itu dikatakan sebagai ”tindakan yang mulia”. Prof. Shahak menulis: ”The answered that the Jew in question had behaved correctly indeed piously.”
Kasus itulah yang mengantarkan Prof. Shahak untuk melaksanakan pengkajian lebih jauh ihwal agama Yahudi dan realitas negara Israel. Hasilnya, keluar sebuah buku berjudul Jewish History, Jewish Religion (London: Pluto Press, 1994). Dalam penelitiannya, ia mendapati betapa rasialisnya agama Yahudi dan juga negara Yahudi (Israel). Karena itulah, beliau hingga pada kesimpulan, bahwa negara Israel memang merupakan ancaman bagi perdamaian dunia. Katanya, “In my view, Israel as a Jewish state constitutes a danger not only to itself and its inhabitants, but to all Jew and to all other peoples and states in the Middle East and beyond.”
Sebagai satu ”negara Yahudi” (a Jewish state), negara Israel yakni milik pribadi bagi setiap orang yang dikategorikan sebagai ”Jewish”, tidak peduli dimana pun ia berada. Shahak menulis: “Israel ’belongs’ to persons who are defined bu the Israeli authorities as ‘Jewish’, irrespective of where they live, and to them alone.” Shahak menggugat, kenapa yang dipersoalkan hanya orang-orang yang bersikap anti-Yahudi. Sementara realitas pemikiran dan perilaku Yahudi yang sangat diskriminatif terhadap bangsa lain justru diabaikan.
Kaum Yahudi, misalnya, dihentikan memperlihatkan santunan kepada orang non-Yahudi yang berada dalam bahaya. Cendekiawan besar Yahudi, Maimonides, memperlihatkan komentar terhadap salah satu ayat Kitab Talmud: “It is forbidden to save them if they are at the point of death; if, for example, one of them is seen falling into the sea, he should not be rescued.” Jadi, kata Maimonides, yakni terlarang untuk menolong orang non-Yahudi yang berada di ambang kematian. Jika, misalnya, ada orang non-Yahudi yang karam di laut, maka beliau tidak perlu ditolong. Israel Shahak juga memperlihatkan keganjilan aliran agama Yahudi yang menerapkan diskriminasi terhadap kasus perzinahan. Jika ada pria Yahudi yang berzina dengan perempuan non-Yahudi, maka perempuan itulah yang dieksekusi mati, bukan pria Yahudi, meskipun perempuan itu diperkosa.
Tidak banyak orang Yahudi yang berani bersuara keras terhadap agama dan negaranya, menyerupai halnya Prof. Israel Shahak, sehingga beliau memang sanggup dikategorikan Yahudi yang nyeleneh.
Yahudi lain yang nyeleneh, bahkan kemudian menjadi seorang Muslim yang jago yakni Margareth Marcus. Ia seorang Yahudi Amerika yang sangat tekun dalam mempelajari banyak sekali agama dan pemikiran-pemikiran modern. Akhirnya, sinar hidayah tiba padanya, dan mengantarkannya menjadi seorang Muslimah. Ia kemudian berganti nama menjadi Maryam Jameela. Sejak remaja, Margareth Marcus sudah berbeda dengan kebanyakan sobat sebayanya. Dia sama sekali tidak menyentuh rokok atau minuman keras. Pesta-pesta dan dansa-dansa pun beliau jauhi. Ia hanya tertarik dengan buku dan perpustakaan.
Ia bercerita ihwal kisah ketertarikannya kepada Islam. Pada tahun kedua di Universitas New York, Margareth mengikuti mata kuliah ihwal Yudaisme dan Islam. Dosennya seorang rabbi Yahudi. Pada setiap kuliah, sang dosen selalu menjelaskan, bahwa segala yang baik dalam Islam sesungguhnya diambil dari Perjanjian Lama (Bibel Yahudi), Talmud, dan Midrash. Kuliah itu juga diselingi pemutaran film dan slide propaganda Zionis. Tapi, kuliah yang menyudutkan Islam itu justru berdampak sebaliknya bagi Margareth. Dia justru semakin melihat kekeliruan aliran Yahudi dan semakin tertarik dengan Islam.
Margareth Marcus kemudian menentukan Islam sebagai jalan hidupnya. Dalam salah satu tulisannya, Margareth menulis: ”… saya percaya bahwa Islam yakni jalan hidup yang unggul dan merupakan satu-satunya jalan menuju kebenaran.” Namun, Margareth mengaku keheranan, banyak orang Islam sendiri yang tidak meyakini keunggulan Islam. Ia menulis ihwal hal ini: ”Berkali-kali saya bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa Islam yang berguru pada universitas-universitas di New York yang berusaha meyakinkan saya bahwa Kemal Attaturk yakni orang Islam yang baik, dan bahwa Islam harus mendapatkan kriteria filsafat kontemporer, sehingga jikalau ada keyakinan Islam dan periabadatannya yang menyimpang dari kebudayaan Barat modern, maka hal itu harus dicampakkan. Pemikiran demikian dipuji sebagai ”liberal”, ”berpandangan ke depan”, dan ”progresif”. Sedang orang-orang yang berpikiran menyerupai kita dicap sebagai ”reaksioner dan fanatik”, yakni orang-orang yang menolak untuk menghadapi kenyataan masa kini.”
Sebelum resmi menyatakan diri sebagai Muslimah, Margareth Marcus telah menulis banyak sekali artikel yang membela Islam di sejumlah jurnal internasional. Ia dengan tegas memperlihatkan kritik-kritiknya terhadap paham-paham modern. Dalam suratnya kepada Maududi, 5 Desember 1960, ia menulis:
”Pada tahun kemudian saya telah berketetapan hati untuk membaktikan kehidupan saya guna berjuang melawan filsafat-filsafat materialistik, sekularisme, dan nasionalisme yang kini masih merajalela di dunia. Aliran-aliran tersebut tidak hanya mengancam kehidupan Islam saja, tetapi juga mengancam seluruh umat manusia.”
Setelah masuk Islam, Margareth kemudian menentukan untuk berhijrah ke Pakistan, sesudah menerima izin dari kedua orang tuanya. Maryam Jameela pun termasuk sedikit diantara kaum Yahudi yang mempunyai perilaku kejujuran dan keberanian untuk mendapatkan Islam. Semoga kita sanggup mengambil pelajaran dari kisah beberapa kaum Yahudi yang nyeleneh tersebut
Di masa modern ini, ada juga sejumlah Yahudi yang nyeleneh. Di antara mereka ada yang masuk Islam dan menjadi cendekiawan Muslim yang hebat. Ada juga yang belum hingga masuk Islam. Tapi, memperlihatkan kritik-kritik yang keras terhadap aliran agama Yahudi dan kekejaman negara Israel. Salah satu tokoh Yahudi jenis yang kedua yakni Prof. Dr. Israel Shahak, seorang pakar biokimia dari Hebrew University.
Prof. Dr. Israel Shahak memang bukan Yahudi biasa. Dia tidak menyerupai sebagaimana kebanyakan Yahudi lainnya, yang mendukung atau hanya melongo saja menyaksikan kejahatan kaumnya. Suatu ketika, ketika beliau berada di Jerusalem, pakar biokimia dari Hebrew University ini menjumpai kasus yang mengubah pikiran dan jalan hidupnya. Saat itu, hari Sabtu (Sabath) Shahak berusaha meminjam telepon seorang Yahudi untuk memanggil ambulan, demi menolong seorang non-Yahudi yang sedang dalam kondisi kritis.
Di luar dugaannya, si Yahudi menolak meminjamkan teleponnya. Orang non-Yahudi itu pun kesannya tidak tertolong lagi. Prof. Shahak kemudian membawa kasus ini ke Dewan Rabbi Yahudi – semacam majlis ulama Yahudi – di Jerusalem. Dia menanyakan, apakah berdasarkan agama Yahudi, tindakan si Yahudi yang tidak mau menyelamatkan orang non-Yahudi itu sanggup dibenarkan oleh agama Yahudi. Lagi-lagi, Prof. Shahak terperangah. Dewan Rabbi Yahudi di Jerusalem (The Rabbinical Court of Jerusalem) menyetujui tindakan si Yahudi yang mengantarkan orang non-Yahudi ke ujung maut. Bahkan, itu dikatakan sebagai ”tindakan yang mulia”. Prof. Shahak menulis: ”The answered that the Jew in question had behaved correctly indeed piously.”
Kasus itulah yang mengantarkan Prof. Shahak untuk melaksanakan pengkajian lebih jauh ihwal agama Yahudi dan realitas negara Israel. Hasilnya, keluar sebuah buku berjudul Jewish History, Jewish Religion (London: Pluto Press, 1994). Dalam penelitiannya, ia mendapati betapa rasialisnya agama Yahudi dan juga negara Yahudi (Israel). Karena itulah, beliau hingga pada kesimpulan, bahwa negara Israel memang merupakan ancaman bagi perdamaian dunia. Katanya, “In my view, Israel as a Jewish state constitutes a danger not only to itself and its inhabitants, but to all Jew and to all other peoples and states in the Middle East and beyond.”
Sebagai satu ”negara Yahudi” (a Jewish state), negara Israel yakni milik pribadi bagi setiap orang yang dikategorikan sebagai ”Jewish”, tidak peduli dimana pun ia berada. Shahak menulis: “Israel ’belongs’ to persons who are defined bu the Israeli authorities as ‘Jewish’, irrespective of where they live, and to them alone.” Shahak menggugat, kenapa yang dipersoalkan hanya orang-orang yang bersikap anti-Yahudi. Sementara realitas pemikiran dan perilaku Yahudi yang sangat diskriminatif terhadap bangsa lain justru diabaikan.
Kaum Yahudi, misalnya, dihentikan memperlihatkan santunan kepada orang non-Yahudi yang berada dalam bahaya. Cendekiawan besar Yahudi, Maimonides, memperlihatkan komentar terhadap salah satu ayat Kitab Talmud: “It is forbidden to save them if they are at the point of death; if, for example, one of them is seen falling into the sea, he should not be rescued.” Jadi, kata Maimonides, yakni terlarang untuk menolong orang non-Yahudi yang berada di ambang kematian. Jika, misalnya, ada orang non-Yahudi yang karam di laut, maka beliau tidak perlu ditolong. Israel Shahak juga memperlihatkan keganjilan aliran agama Yahudi yang menerapkan diskriminasi terhadap kasus perzinahan. Jika ada pria Yahudi yang berzina dengan perempuan non-Yahudi, maka perempuan itulah yang dieksekusi mati, bukan pria Yahudi, meskipun perempuan itu diperkosa.
Tidak banyak orang Yahudi yang berani bersuara keras terhadap agama dan negaranya, menyerupai halnya Prof. Israel Shahak, sehingga beliau memang sanggup dikategorikan Yahudi yang nyeleneh.
Yahudi lain yang nyeleneh, bahkan kemudian menjadi seorang Muslim yang jago yakni Margareth Marcus. Ia seorang Yahudi Amerika yang sangat tekun dalam mempelajari banyak sekali agama dan pemikiran-pemikiran modern. Akhirnya, sinar hidayah tiba padanya, dan mengantarkannya menjadi seorang Muslimah. Ia kemudian berganti nama menjadi Maryam Jameela. Sejak remaja, Margareth Marcus sudah berbeda dengan kebanyakan sobat sebayanya. Dia sama sekali tidak menyentuh rokok atau minuman keras. Pesta-pesta dan dansa-dansa pun beliau jauhi. Ia hanya tertarik dengan buku dan perpustakaan.
Ia bercerita ihwal kisah ketertarikannya kepada Islam. Pada tahun kedua di Universitas New York, Margareth mengikuti mata kuliah ihwal Yudaisme dan Islam. Dosennya seorang rabbi Yahudi. Pada setiap kuliah, sang dosen selalu menjelaskan, bahwa segala yang baik dalam Islam sesungguhnya diambil dari Perjanjian Lama (Bibel Yahudi), Talmud, dan Midrash. Kuliah itu juga diselingi pemutaran film dan slide propaganda Zionis. Tapi, kuliah yang menyudutkan Islam itu justru berdampak sebaliknya bagi Margareth. Dia justru semakin melihat kekeliruan aliran Yahudi dan semakin tertarik dengan Islam.
Margareth Marcus kemudian menentukan Islam sebagai jalan hidupnya. Dalam salah satu tulisannya, Margareth menulis: ”… saya percaya bahwa Islam yakni jalan hidup yang unggul dan merupakan satu-satunya jalan menuju kebenaran.” Namun, Margareth mengaku keheranan, banyak orang Islam sendiri yang tidak meyakini keunggulan Islam. Ia menulis ihwal hal ini: ”Berkali-kali saya bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa Islam yang berguru pada universitas-universitas di New York yang berusaha meyakinkan saya bahwa Kemal Attaturk yakni orang Islam yang baik, dan bahwa Islam harus mendapatkan kriteria filsafat kontemporer, sehingga jikalau ada keyakinan Islam dan periabadatannya yang menyimpang dari kebudayaan Barat modern, maka hal itu harus dicampakkan. Pemikiran demikian dipuji sebagai ”liberal”, ”berpandangan ke depan”, dan ”progresif”. Sedang orang-orang yang berpikiran menyerupai kita dicap sebagai ”reaksioner dan fanatik”, yakni orang-orang yang menolak untuk menghadapi kenyataan masa kini.”
Sebelum resmi menyatakan diri sebagai Muslimah, Margareth Marcus telah menulis banyak sekali artikel yang membela Islam di sejumlah jurnal internasional. Ia dengan tegas memperlihatkan kritik-kritiknya terhadap paham-paham modern. Dalam suratnya kepada Maududi, 5 Desember 1960, ia menulis:
”Pada tahun kemudian saya telah berketetapan hati untuk membaktikan kehidupan saya guna berjuang melawan filsafat-filsafat materialistik, sekularisme, dan nasionalisme yang kini masih merajalela di dunia. Aliran-aliran tersebut tidak hanya mengancam kehidupan Islam saja, tetapi juga mengancam seluruh umat manusia.”
Setelah masuk Islam, Margareth kemudian menentukan untuk berhijrah ke Pakistan, sesudah menerima izin dari kedua orang tuanya. Maryam Jameela pun termasuk sedikit diantara kaum Yahudi yang mempunyai perilaku kejujuran dan keberanian untuk mendapatkan Islam. Semoga kita sanggup mengambil pelajaran dari kisah beberapa kaum Yahudi yang nyeleneh tersebut
http://www.arrisalah.net/kolom/adian-husaini/2009/02/yahudi-yahudi-nyeleneh
Terima Kasih Sudah Mau Membaca.
0 Response to "Rasisnya Yahudi......"
Post a Comment
Blog ini merupakan Blog Dofollow, karena beberapa alasan tertentu, sobat bisa mencari backlink di blog ini dengan syarat :
1. Tidak mengandung SARA
2. Komentar SPAM dan JUNK akan dihapus
3. Tidak diperbolehkan menyertakan link aktif
4. Berkomentar dengan format (Name/URL)
NB: Jika ingin menuliskan kode pada komentar harap gunakan Tool untuk mengkonversi kode tersebut agar kode bisa muncul dan jelas atau gunakan tool dibawah "Konversi Kode di Sini!".
Klik subscribe by email agar Anda segera tahu balasan komentar Anda