Tuduhan Teroris Pengalihan Warta Bikin Polisi Jadi Korban 2 Kali - Tempat Blogging

Tuduhan Teroris Pengalihan Warta Bikin Polisi Jadi Korban 2 Kali

Tuduhan Teroris Pengalihan Isu Bikin Polisi Makara Korban 2 KaliAksi teror di Surabaya (Foto: dok. Istimewa)

Tempat Blogging Jakarta -Peneliti bidang perkembangan politik lokal Profesor Dr Hermawan Sulistyo heran ketika muncul aliran serangan teroris yaitu rekayasa pemerintah untuk mengalihkan isu. Yang menciptakan tak masuk logika, kata Hermawan, yaitu bila pemerintah merekayasa sesuatu yang justru menciptakan hilangnya pemberian dari masyarakat.

"Bagaimana mungkin pemerintah menciptakan skenario yang menciptakan dirinya justru kehilangan pemberian masyarakat?" kata Hermawan dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Selasa (22/5/2018).


Hermawan mengutip istilah 'kelirumologi' yang diperkenalkan seniman Jaya Suprana. Menurut dia, pemahaman kelirumologi berkembang belakangan pascaserangan teroris yang menyita perhatian masyarakat, semenjak bom meledak di tiga gereja di Surabaya.

"Istilah lucu-lucuan 'kelirumologi' diperkenalkan oleh Jaya Suprana untuk merujuk seolah-olah fallacy dalam kosakata Inggris, yaitu hal-hal yang rancu dan keliru dalam kontestasi wacana yang ada dan berkembang. Kekeliruan ini tampak dalam wacana-wacana wacana terorisme belakangan ini," ujar Hermawan.


Hermawan mengujarkan kekeliruan bisa sebab tidak sengaja, tapi bisa juga merupakan kesengajaan demi tujuan tertentu. Hermawan menilai munculnya pikiran agresi teror sebagai pengalihan warta sanggup menjadi dilema serius ketika dipakai pihak-pihak lain sebagai senjata untuk menyerang pemerintah dan pegawanegeri penegak hukumnya.

"Manipulasi fakta itu menjadi dilema serius manakala ada politikus yang memanfaatkan warta terorisme untuk menyerang polisi dan pemerintah. Terorisme sebagai dilema kriminal yang bersifat extraordinary dipelintir menjadi warta politik. Terjadi viktimisasi," ucap dia.

"Korban polisi, dijadikan korban lagi, sebab dituduh belahan dari skenario besar memojokkan umat Islam. Makara mereka menjadi korban dua kali. Tanpa mempedulikan fakta bahwa banyak korban polisi juga muslim," imbuh Hermawan.


Hermawan menyebut orang-orang yang mengembangkan pemahaman pengalihan warta yaitu orang-orang yang justru mendukung suburnya teroris di Tanah Air.

"Tokoh-tokoh politik yang sebelumnya sudah bersikap intoleran dan membangun suasana radikal berusaha mengalihkan produk kekerasan politik dalam bentuk terorisme sebagai rekayasa. Mereka bukan hanya tidak berperasaan dan tidak berempati, tapi juga jahat. Intoleransi terbukti menumbuhkan radikalisme, dan radikalisme yaitu lahan subur bagi terorisme," tutur Hermawan.

Menurut Hermawan, anggapan bahwa teroris lahir sebab adanya ketimpangan ekonomi dan pelaku-pelakunya berasal dari masyarakat kelas bawah merupakan aliran keliru. Hasil pengamatannya, teroris ketika ini sebagian masuk kategori kelas menengah ke atas.

"Jika sebelumnya kebanyakan teroris berasal dari kelas bawah, teroris 'zaman now' dari kelas bawah hingga atas yang lebih tinggi, bahkan kelas menengah. Yang dari lapisan bawah masih bisa menyewa rumah Rp 5-10 juta per tahun. Sebagian malah dari kelas menengah. Jadi, keliru bila mereka dianggap melaksanakan teror sebab faktor ekonomi," terang Hermawan.


Kekeliruan lagi, lanjut Hermawan, ketika adanya anggapan teroris menyebabkan simbol kapitalisme atau Amerika sebagai target. Pendapat Hermawan, ketika ini ideologi teroris semakin fatal sebab mereka menyerang apa pun yang tak sesuai dengan jalan pikiran mereka.

"Anggapan bahwa mereka melaksanakan amaliyah dengan tujuan menghancurkan Amerika atau kapitalisme, keyakinan ideologis, keagamaan mereka lebih fatalistik. Jika pada periode sebelumnya teroris membutuhkan simbol-simbol kapitalisme dan adikuasa Amerika, kali ini mereka sekadar mencari sasaran pemicu yang tidak signifikan," tandas Hermawan.

"Mereka tidak merasa perlu masuk ke gereja, kemudian meledakkan bom di dalam gereja. Cukup di halaman gereja saja. Begitu pula dengan kantor-kantor polisi. Cukup pos-pos kecil, yang penting ada polisinya," tuturnya.


Dari pandangan Hermawan, tujuan para pelaku teror di Indonesia sebetulnya tidak seluruhnya untuk kepentingan Islam. Mereka melaksanakan agresi teror untuk mati 'syahid'.

"Tujuan amaliyah mereka bukan pada usaha Islam secara kolektif, melainkan mati dan eksklusif masuk surga. Thogut sebagai sasaran, hanya menjadi sarana untuk menuju 'surga'," Hermawan menambahkan.

"Ini menjelaskan mengapa muncul fenomena gres teroris sekeluarga. Mereka yakin bahwa amaliyah yang mereka lakukan bisa sekaligus membawa belum dewasa naik ke nirwana bersama mereka, orang tuanya," tutup dia.

Sumber mas-basir.blogspot.com
Show comments
Hide comments

0 Response to "Tuduhan Teroris Pengalihan Warta Bikin Polisi Jadi Korban 2 Kali"

Post a Comment

Blog ini merupakan Blog Dofollow, karena beberapa alasan tertentu, sobat bisa mencari backlink di blog ini dengan syarat :
1. Tidak mengandung SARA
2. Komentar SPAM dan JUNK akan dihapus
3. Tidak diperbolehkan menyertakan link aktif
4. Berkomentar dengan format (Name/URL)

NB: Jika ingin menuliskan kode pada komentar harap gunakan Tool untuk mengkonversi kode tersebut agar kode bisa muncul dan jelas atau gunakan tool dibawah "Konversi Kode di Sini!".

Klik subscribe by email agar Anda segera tahu balasan komentar Anda

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close