Hadits Ahad
Wednesday, June 6, 2018
Add Comment
بسم الله الرحمن الرحيم
a. Pengertian
b. Macam-macamnya menurut jalan periwayatan beserta contoh-contohnya.
c. Macam-macamnya menurut derajatnya beserta contoh-contohnya.
a. Ahad (الاحاد).
Ahad ialah hadits selain yang muttawattir.
b. Macam-macam hadits minggu menurut jalan periwayatan itu ada 3 macam, yaitu masyhur, ‘aziz, dan ghorib.
1. Masyhur (المشهور) ialah hadits yang diriwayatkan oleh tiga rowi disetiap tingkatan, tapi belum hingga pada derajat muttawattir.Contohnya perkataan Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam,المسام من سلم المسلمون من لسانه و يده
"Muslim sejati ialah muslim yang saudaranya terbebas dari gangguan mulut dan tangannya.”
2. ‘Aziz (العزيز) ialah hadits yang diriwayatkan oleh dua rowi saja dimasing-masing tingkatan. Contohnya perkataaan Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam,لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده و الناس أجمعين
“Tidak tepat iktikad kalian hingga Aku lebih dia cintai dari orang tua, anaknya bahkan insan seluruhnya.”
3. Ghorib (الغريب) ialah hadits yang diriwayatkan oleh satu orang saja. Contohnya perkataan Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam,إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى…“Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu hanyalah dinilai bila disertai dengan niat, dan gotong royong setiap orang hanya memperoleh sesuai apa yang diniatkannya…(hingga simpulan hadits)” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits ini dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam hanya diriwayatkan oleh Umar bin Khotob rodhiallahu ‘anhu dan yang meriwayatkan dari Umar hanya ‘Alqomah ibn Abi Waqosh dan yang meriwayatkan dari ‘Alqomah hanya Muhammad ibn ibrohim Attaimi, dan yang meriwayatkan dari Muhammad hanya Yahya ibn Sa’id al Anshori. Kesemuanya ialah tabi’in, lalu diriwayatkan dari Yahya oleh banyak orang.
c. Macam-macam hadits minggu berdasar derajatnya, yaitu shohih lidzatihi, shohih lighoirihi, hasan lidzatihi, hasan lighoirihi dan dho’if.
1. Shohih lidzatihi (shohih dengan sendirinya) (الصحيح لذاته). Shohih lidzatihi ialah hadits yang rowinya:
* Adil (عدل),
* Hafalannya besar lengan berkuasa (تام الضبط),
* Sanadnya bersambung (بسند متصل),
* Terbebas dari kejanggalan dan ketaknormalan (سلم من الشذوذ و العلة القادحة).
Contohnya sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam,
من يرد اللّه به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang Tuhan kehendaki kebaikan maka akan difahamkan ilmu agama.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Cara mengetahui keshohihan suatu hadits itu dengan 3 perkara:
* Jika diketahui penulis buku hadits tersebut hanya mencantumkan hadits-hadits yang shohih saja dengan syarat penulis tersebut sanggup dipercaya dalam melaksanakan penshohihan ibarat Shohih Bukhori dan Muslim.
* Hadits tersebut dinilai shohih oleh imam yang penilaiannya dalam penshohihan itu sanggup dipercaya, dan dia bukan termasuk orang yang populer gampang dalam menawarkan nilai shohih.
* Meneliti sendiri rowinya dan bagaimana cara periwayatan rowi tersebut terhadap hadits.
Jika semua kriteria shohih lengkap, maka hadits tersebut dinilai sebagai hadits yang shohih.
2. Shohih lighoirihi (shohih dengan bantuan) (الصحيح لغيره).
Shohih lighoirihi ialah hadits hasan dengan sendirinya (hasan lidzatihi) apabila mempunyai beberapa jalur periwayatan yang berbeda-beda. Misalnya,
Dari ‘Abdillah Ibn ‘Amr bin ‘Ash rodhiallahu ‘anhu, Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk menyiapkan pasukan dan ternyata kekurangan unta.
Maka Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Belikan untuk kita unta perang dengan unta-unta yang masih muda.” Maka ia mengambil 2-3 unta muda dan menerima 1 unta perang.
Hadits Ini diriwayatkan Ahmad dari jalan Muhammad bin Ishaq dan diriwayatkan Baihaqi dari jalan ‘Amr bin Syu’aib. Setiap jalan ini kalau dilihat secara bersendirian tidak sanggup hingga derajat shohih, hanya hingga hasan. Tapi kalau dilihat secara total, maka jadilah hadits shohih lighoiri. Hadits ini dinamakan shohih lighoiri, walaupun nilai masing-masing jalan secara bersendirian tidak hingga derajat shohih, namun alasannya ialah bila dinilai secara total sanggup saling menguatkan hingga mencapai derajat shohih.
3. Hasan lidzatihi ( hasan dengan sendirinya) (الحسن لذاته).
Hasan lidzatihi ialah hadits yang diriwayatkan oleh rowi yang adil tapi hafalannya kurang tepat dengan sanad bersambung dan selamat dari keganjilan dan kecacatan. Jadi, tidak ada perbedaan antara hadits ini dengan hadits shohih lidzatihi kecuali dalam satu persyaratan, yaitu hadits hasan lidzatihi itu kalah dalam sisi hafalan.
Misalnya perkataan Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam,
مفتاح الضلاة الطهور، و تحريمها التكبير، و تحليلها التسليم
“Sholat itu dibuka dengan bersuci, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.”< Hadits-hadits yang dimungkinkan hadits hasan ialah hadits yang diriwayatkan Abu Daud secara sendirian, demikian keterangan dari Ibnu Sholah. 4. Hasan lighoirihi (hasan dengan bantuan) (الحسن لغيره). Hasan lighoirihi ialah hadits yang dho’ifnya ringan dan mempunyai beberapa jalan yang sanggup saling menguatkan satu dengan yang lainnya alasannya ialah menimbang didalamnya tidak ada pendusta atau rowi yang pernah tertuduh menciptakan hadits palsu. Misalnya,Hadits dari Umar ibn Khatthab rodhiallahu’anhu berkata bahwasannya Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam kalau mengangkat kedua tangannya dalam do’a maka dia tidak menurunkannya hingga mengusapkan kedua tangan ke wajahnya. (HR. Tirmidzi) Ibnu Hajar dalam Bulughul Marom berkata, “Hadits ini mempunyai banyak hadits penguat dari riwayat Abu Daud dan yang selainnya. Gabungan hadits-hadits tersebut menuntut biar hadits tersebut dinilai sebagai hadits hasan. Dan dinamakan hasan lighoirihi alasannya ialah kalau hanya melihat masing-masing sanadnya secara bersendirian maka hadits tersebut tidak mencapai derajat hasan. Namun, bila dilihat keseluruhan jalur periwayatan maka hadits tersebut menjadi besar lengan berkuasa hingga mencapai derajat hasan.
5. Hadits dho’if (الضعيف)
Hadits dho’if ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan shohih dan hasan. Misalnya,”Jagalah diri-diri kalian dari gangguan orang lain dengan jelek sangka.” Dan yang kemungkinan besar merupakan hadits dho’if ialah hadits yang diriwayatkan secara bersendirian oleh ‘Uqaili, Ibn ‘Adi, Khatib Al Baghdadi, Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh-nya, Adailami dalam Musnad Firdaus, atau Tirmidzi Al Hakim dalam Nawadirul Ushul dan dia bukanlah Tirmidzi penulis kitab Sunan atau Hakim dan Ibnu Jarud dalam Tarikh keduanya.
kasih sudah mau membaca.
0 Response to "Hadits Ahad"
Post a Comment
Blog ini merupakan Blog Dofollow, karena beberapa alasan tertentu, sobat bisa mencari backlink di blog ini dengan syarat :
1. Tidak mengandung SARA
2. Komentar SPAM dan JUNK akan dihapus
3. Tidak diperbolehkan menyertakan link aktif
4. Berkomentar dengan format (Name/URL)
NB: Jika ingin menuliskan kode pada komentar harap gunakan Tool untuk mengkonversi kode tersebut agar kode bisa muncul dan jelas atau gunakan tool dibawah "Konversi Kode di Sini!".
Klik subscribe by email agar Anda segera tahu balasan komentar Anda