Mbok Ya Dilihat Dahulu Zodiak Itu Apa..?

بسم الله الرحمن الرحيم

Kamu lahir bulan apa?”, kata seorang dewasa kepada temanya. Temanya pun menjawab “21 Mei..” oo berarti, bintangmu gemini ya. Tahu tidak, ahad ini kau akan tertimpa peristiwa alam jika tidak percaya lihat saja zodiakmu di majalah itu” katanya. “Masa' sih? Iya...ya...”

..........


Fenomena di atas seringkali terjadi di kalangan dewasa islam yang ada di negeri ini. Membaca zodiak yang ada pada majalah-majalah dewasa umumnya untuk mengetahui masa depan yaitu apa-apa yang akan mereka alami ahad ini. Apakah hal ini dibenarkan dalam pandangan syari'at islam?

Berawal Mengenal Hukum Mendatangi Tukang Ramal

Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu dalam kitabnya “Khudz 'Aqidataka Minal Kitaabi wa Sunnati Shohiihai” (Ambillah aqidahmu dari Al Kitab dan As Sunnah yang Shahih) memaparkan sebuah pertanyaan: “Apakah seseorang itu diperbolehkan untuk membenarkan tukang ramal yang mengetahui ilmu ghoib (baca: masa depan)?” Beliau menjawab, “Tidaklah dibenarkan untuk mereka mendatangi tukang-tukang ramal dalam rangka mengetahui perkara ghoib alasannya ialah Tuhan ta'ala telah berfirman,

“Katakanlah tidak ada satu orangpun yang ada di langit maupun di bumi yang mengetahui perkara ghoib kecuali Allah“ (QS. An-Naml: 65).

Dan dalam hadist yang shohih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “ Barang siapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal dan membenarkan perkataan mereka, maka orang itu telah kufur terhadap Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” Karena memang Al Qur’an terang-terang menyatakan bahwa yang mengetahui perkara ghoib hanyalah Tuhan Ta’ala.
Kaitan Zodiak dan Tukang Ramal?

Ramalan merupakan hal ghoib. Sudah terperinci pula bahwa perkara ghoib tersebut hanya Tuhan Ta’ala semata yang mengetahuinya. Membaca dan menelaah zodiak sama hukumnya dengan mendatangi tukang ramal, sebagaimana dikatakan oleh para ulama (semacam Syaikh Sholih Alu Syaikh dalam klarifikasi dia terhadap Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi). Karena keduanya mempunyai kesamaan yaitu sama-sama ingin menelaah yang ghoib. Jika seseorang percaya pada zodiak dan membenarkan hal-hal yang terkandung di dalamnya sanggup diibaratkan dengan membenarkan perkataan tukang ramal yang bekerjsama tidak punya dasar apa-apa dalam memilih nasib seseorang. Sehingga pembaca zodiak sanggup dihukumi sama dengan mendatangi tukang ramal, bahkan mungkin lebih parah. Karena tukang ramal kita mesti mendatanginya. Namun ramalan zodiak untuk ketika ini didapat begitu mudah, sanggup lewat majalah, info internet, sanggup pula dengan gampang lewat SMS. Zodiak ini pun dimasukkan ke rumah. Dari sisi inilah kita sanggup menilai membaca zodiak itu lebih parah.

Hukum Membaca Zodiak

Zodiak atau ramalan bintang merupakan suatu kemungkaran yang sangat besar. Namun, terkadang sebagian orang hanya iseng dalam melaksanakan hal tersebut. Para ulama telah merinci aturan mendatangi tukang ramal dan ini sanggup kita terapkan pada duduk perkara membaca zodiak.

1. Jika seseorang hanya sekedar mendatangi tukang ramal atau membaca zodiak, tanpa membenarkannya, maka ini termasuk keharaman alasannya ialah ditakutkan ia lama-kelamaan percaya dengan lamaran tersebut. Ini ialah sebagai saddu dzari’ah, menutup jalan semoga tidak terjerumus pada keharaman yang lebih parah.

2. Jika seseorang mendatangi tukang ramal atau membaca zodiak, hingga membenarkannya, maka orang tersebut telah kufur terhadap Al Qur’an yang diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Shalatnya pun tidak diterima selama 40 hari. Artinya, ini ialah dosa besar.

3. Jika seseorang mendatangi tukang ramal atau membaca zodiak dengan keyakinan bahwa ramalan tersebut benar-benar mengetahui hal ghoib secara muthlak, maka hukumnya ialah kufur akbar alasannya ialah hal ini berarti telah menyamakan makhluk dengan Sang Kholiq.

4. Jika seseorang mendatangi tukang ramal ata membaca zodiak dengan maksud untuk membantah bahwa ramalan tersebut dusta dan ingin menjelaskan kekeliruannya, maka hal ini tidak mengapa bahkan kadang wajib dilakukan alasannya ialah hal ini termasuk dalam mengingkari hal yang mungkar.

Ya Allah, tunjukilah kami kebenaran yang sesungguhnya, kemudian berilah kami karunia untuk mengikuti dan mencintainya. Dan tunjukilah kami kebathilan yang sesungguhnya, kemudian karuniakanlah kami untuk menjauhi dan membencinya.

Semoga Tuhan mengampuni penulis.

Penulis: Ummu Zubaidah
Muroja’ah: M.A. Tuasikal
Artikel www.remajaislam.com

terima kasih sudah mau membaca.

Share this post