Novel Khadijah Saat Diam-Diam Mim Tersingkap - Sibel Eraslan - Tempat Blogging

Novel Khadijah Saat Diam-Diam Mim Tersingkap - Sibel Eraslan


Para ilsuf, seandainya tahu untuk mendaki gunung terjal harus mendaki jalan setapak dan menanjak, akankah saya tetap pergi ke Heidelberg? Setelah kuinjak-injak jutaan dedaunan yang terbakar, bersandar pada watu nisan Holderlin yang telah penuh dengan lumut, seraya kutanyakan pada ruh syair yang sudah renta renta itu; benarkah apa yang engkau katakan jikalau puisi ialah hal yang paling maksum di dunia? Mengapa kemaksuman harus digubah di puncak gunung yang sulit dan curam rimanya. (Heidelberg, 2008)

Seusai salat Subuh, rasa kantuk masih menyerang mataku. Berdasarkan apa yang kulihat di peta lama, hotel kawasan tinggalku terletak di perkampungan Bani Hasyim yang bermukim di sini sekitar 1500 tahun lalu. Aku sengaja membiarkan pintu jendela sedikit terbuka biar ketika tertidur diriku bisa menyusup ke Mekah. Aku hanya tidur sebentar dan memang sering terbangun.


Terbangun oleh gemuruh bunyi  lautan. Namun, ketika berlari ke arah jendela dan memandangi sekitar, ternyata bunyi lautan yang gres saja kudengar itu tidak pernah sanggup kutemukan. Mungkinkah bunyi ombak-ombaknya yang menyerupai karpet tergulung yang digelar secara serentak itu hanya sebuah ilusi? Ataukah ini sebuah anugerah dan mengambarkan bagiku? Lagi pula, saya ialah seorang  pengembara.  Apa pun yang menjadi anugerah bagiku, saya harus menerimanya. Entah padang pasir... atau laut.

Aku lupa semua puisi yang telah kuketahui ketika memasuki Kakbah. Kemarin, ketika berlari di antara Safa dan Marwah, saudara wanitaku berkata, “Aku gembira sekali kepada Bunda Hajar.  Lihat saja, semenjak ribuan tahun kemudian semua  orang  mengikuti  larinya.”  Kakbah  terlihat  seperti samudra, kawasan bermuaranya semua sungai yang ada. Percikan indah puisi dan lautan bagaikan kipas angin yang terpasang di dinding rumah Allah, dengan baling-balingnya yang lama dan enuh pedih berputar-putar.


Aku  pun tak  mampu  mengkhatamkan  al-Fatihah  sepanjang  tawaf. “Aku hanya bisa membaca hingga lafaz  Iyyakana’budu wa iyyaka nasta’in.” Setelah membaca ayat itu, saya selalu saja terpaku. Kami pun menangis ketika tolong-menolong berdoa di Hijr Ismail. Kami menyerupai mencicipi perjuangan, cinta, dan keimanan Bunda Hajar dan Khadijah  Menikmati  mereka sebagai guru yang mulia dan penuh kelembutan yang sedang menunjukkan pelajaran ke dalam ruh kami. Kami kembali mengenal dan bersaksi kepada Nabi Muhammad, utusan terakhir yang telah memberi pola dengan kehidupan dan pengajaran Rabbaninya


Judul         : Ketika Rahasia Mim Tersingkap

Karya        : Sibel Eraslan

Download : Ketika Rahasia Mim Tersingkap.pdf
Show comments
Hide comments

0 Response to "Novel Khadijah Saat Diam-Diam Mim Tersingkap - Sibel Eraslan"

Post a Comment

Blog ini merupakan Blog Dofollow, karena beberapa alasan tertentu, sobat bisa mencari backlink di blog ini dengan syarat :
1. Tidak mengandung SARA
2. Komentar SPAM dan JUNK akan dihapus
3. Tidak diperbolehkan menyertakan link aktif
4. Berkomentar dengan format (Name/URL)

NB: Jika ingin menuliskan kode pada komentar harap gunakan Tool untuk mengkonversi kode tersebut agar kode bisa muncul dan jelas atau gunakan tool dibawah "Konversi Kode di Sini!".

Klik subscribe by email agar Anda segera tahu balasan komentar Anda

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

close