Aminah Assilmi: Beliau Korbankan Segalanya Demi Islam
Thursday, September 20, 2018
Add Comment
Tak banyak orang yang mengenal Aminah Assilmi. Ia yaitu Presiden Internasional Union of Muslim Women yang telah meninggal dunia pada 6 Maret 2010, dalam sebuah kecelakaan kendaraan beroda empat di Newport, Tennesse, Amerika Serikat.
Perjalanannya menuju Islam cukup unik. Perjalanan yang patut dikenang. Semuanya berawal dari kesalahan kecil sebuah komputer. Mulanya, ia yaitu seorang gadis jemaat Southern Baptist–aliran gereja Protestan terbesar di AS, seorang feminis radikal, dan jurnalis penyiaran.
Sewaktu muda, ia bukan gadis yang biasa-biasa saja, tapi cerdas dan unggul di sekolah sehingga mendapatkan beasiswa. Satu hari, sebuah kesalahan komputer terjadi. Siapa sangka, hal itu membawanya kepada misi sebagai seorang Nasrani dan mengubah jalan hidupnya secara keseluruhan.
Tahun 1975 untuk pertama kali komputer dipergunakan untuk proses pra-registrasi di kampusnya. Sebenarnya, ia mendaftar ikut sebuah kelas dalam bidang terapi rekreasional, namun komputer mendatanya masuk dalam kelas teater. Kelas tidak sanggup dibatalkan, alasannya yaitu sudah terlambat. Membatalkan kelas juga bukan pilihan, alasannya yaitu sebagai peserta beasiswa nilai F berarti bahaya.
Lantas, suaminya menyarankan semoga Aminah menghadap dosen untuk mencari alternatif dalam kelas pertunjukan. Dan betapa terkejutnya ia, alasannya yaitu kelas dipenuhi dengan belum dewasa Arab dan ‘para penunggang unta’. Tak sanggup, ia pun pulang ke rumah dan memutuskan untuk tidak masuk kelas lagi. Tidak mungkin baginya untuk berada di tengah-tengah orang Arab. ''Tidak mungkin saya duduk di kelas yang penuh dengan orang kafir!'' ungkapnya kala itu.
Suaminya coba menenangkannya dan menyampaikan mungkin Tuhan punya suatu rencana dibalik kejadian itu. Selama dua hari Aminah mengurung diri untuk berpikir, sampai kesannya ia berkesimpulan mungkin itu yaitu petunjuk dari Tuhan, semoga ia membimbing orang-orang Arab untuk memeluk Kristen. Jadilah ia mempunyai misi yang harus ditunaikan. Di kelas ia terus mendiskusikan fatwa Nasrani dengan teman-teman Arab-nya.
''Saya memulai dengan menyampaikan bahwa mereka akan dibakar di neraka kalau tidak mendapatkan Yesus sebagai penyelamat. Mereka sangat sopan, tapi tidak pindah agama. Kemudian saya jelaskan betapa Yesus mengasihi dan rela mati di tiang salib untuk menghapus dosa-dosa mereka.''
Tapi ajakannya tidak manjur. Teman-teman di kelasnya tak mau berpaling sehingga ia memutuskan untuk mempelajari alquran untuk memperlihatkan bahwa Islam yaitu agama yang salah dan Muhammad bukan seorang nabi. Ia pun melaksanakan penelitian selama satu setengah tahun dan membaca alquran sampai tamat.
Namun secara tidak sadar, ia perlahan menjelma seseorang yang berbeda, dan suaminya memperhatikan hal itu. ''Saya berubah, sedikit, tapi cukup menciptakan dirinya terusik. Biasanya kami pergi ke kafe tiap Jumat dan Sabtu atau ke pesta. Dan saya tidak lagi mau pergi. Saya menjadi lebih pendiam dan menjauh.''
Melihat perubahan yang terjadi, suaminya menyangka ia selingkuh, alasannya yaitu bagi laki-laki itulah yang menciptakan seorang perempuan berubah. Puncaknya, ia diminta untuk meninggalkan rumah dan tinggal di apartemen yang berbeda. Ia terus mempelajari Islam, sambil tetap menjadi seorang Nasrani yang taat.
Hingga akhirnya, hidayah itu datang. Akhirnya pada 21 Mei 1977, jemaat gereja yang taat itu menyatakan, ''Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad yaitu utusan-Nya.''
Perjalanan sehabis mengucapkan dua kalimat syahadat, menyerupai halnya mualaf lain, bukanlah kasus yang mudah. Aminah kehilangan segala yang dicintainya. Ia kehilangan hampir seluruh temannya, alasannya yaitu dianggap tidak menyenangkan lagi. Ibunya tidak sanggup mendapatkan dan berharap itu hanyalah semangat membara yang akan segera padam. Saudara perempuannya yang jago jiwa mengira ia gila. Ayahnya yang lemah lembut mengokang senjata dan siap untuk membunuhnya.
Tak usang lalu ia pun mengenakan hijab. Pada hari yang sama ia kehilangan pekerjaannya.
Lengkap sudah. Ia hidup tanpa ayah, ibu, saudara, sahabat dan pekerjaan. Jika dulu ia hanya hidup terpisah dengan suami, sekarang perceraian di depan mata. Di pengadilan ia harus menciptakan keputusan pahit dalam hidupnya; melepaskan Islam dan tidak akan kehilangan hak asuh atas anaknya atau tetap memegang Islam dan harus meninggalkan anak-anak. ''Itu yaitu 20 menit yang paling menyakitkan dalam hidup saya,'' kenangnya.
Bertambah pedih alasannya yaitu dokter telah memvonisnya tidak akan lagi sanggup mempunyai anak akhir komplikasi yang dideritanya. ''Saya berdoa melebihi dari yang biasanya. Saya tahu, tidak ada daerah yang lebih kondusif bagi belum dewasa saya daripada berada di tangan Allah. Jika saya mengingkari-Nya, maka di masa depan mustahil bagi saya memperlihatkan kepada mereka betapa menakjubkannya berada akrab dengan Allah.'' Ia pun memutuskan melepaskan anak-anaknya, sepasang putra-putri kecilnya.
Namun, Allah Maha Pengasih. Ia diberikan anugerah dengan kata-katanya yang indah sehingga menciptakan banyak orang tersentuh dan sikap Islami-nya. Dia telah menjelma orang yang berbeda, jauh lebih baik. Begitu baiknya sehingga keluarga, sahabat dan kerabat yang dulu memusuhinya, perlahan mulai menghargai pilihan hidupnya.
Dalam banyak sekali kesempatan ia mengirim kartu ucapan untuk mereka, yang ditulisi kalimat-kalimat bijak dari ayat Al-Quran atau hadist, tanpa menyebutkan sumbernya. Beberapa waktu lalu ia pun menuai benih yang ditanam. Orang pertama yang mendapatkan Islam yaitu neneknya yang berusia lebih dari 100 tahun. Tak usang sehabis masuk Islam sang nenek pun meninggal dunia.
''Pada hari ia mengucapkan syahadat, seluruh dosanya diampuni, dan amal-amal baiknya tetap dicatat. Sejenak sehabis memeluk Islam ia meninggal dunia, saya tahu buku catatan amalnya berat di sisi kebaikan. Itu menciptakan saya dipenuhi suka cita!''
Selanjutnya yang mendapatkan Islam yaitu orang yang dulu ingin membunuhnya, ayah. Keislaman sang ayah mengingatkan dirinya pada dongeng Umar bin Khattab. Dua tahun sehabis Aminah memeluk Islam, ibunya menelepon dan sangat menghargai keyakinannya yang baru. Dan ia berharap Aminah akan tetap memeluknya.
Beberapa tahun lalu ibu meneleponnya lagi dan bertanya apa yang harus dilakukan seseorang kalau ingin menjadi Muslim. Aminah menjawab bahwa ia harus percaya bahwa hanya ada satu Tuhan dan Muhammad yaitu utusan-Nya. ''Kalau itu semua orang terbelakang juga tahu. Tapi apa yang harus dilakukannya?'' tanya ibunya lagi.
Dikatakan oleh Aminah, bahwa kalau ibunya sudah percaya berarti ia sudah Muslim. Ibunya lantas berkata, ''OK, baiklah. Tapi jangan bilang-bilang ayahmu dulu,'' pesan ibunya. Ibunya tidak tahu bahwa suaminya (ayah tiri Aminah) telah menjadi Muslim beberapa pekan sebelumnya. Dengan demikian mereka tinggal bersama selama beberapa tahun tanpa saling mengetahui bahwa pasangannya telah memeluk Islam.
Saudara perempuannya yang dulu berjuang memasukkan Aminah ke rumah sakit jiwa, kesannya memeluk Islam. Putra Aminah beranjak dewasa. Memasuki usia 21 tahun ia menelepon sang ibu dan berkata ingin menjadi muslim.
Enam belas tahun sehabis perceraian, mantan suaminya juga memeluk Islam. Katanya, selama enam belas tahun ia mengamati Aminah dan ingin semoga putri mereka memeluk agama yang sama menyerupai ibunya. Pria itu tiba menemui dan meminta maaf atas apa yang pernah dilakukannya. Ia yaitu laki-laki yang sangat baik dan Aminah telah memaafkannya semenjak dulu.
Mungkin hadiah terbesar baginya yaitu apa yang ia terima selanjutnya. Aminah menikah dengan orang lain, dan meskipun dokter telah menyatakan ia tidak sanggup punya anak lagi, Allah ternyata menganugerahinya seorang putra yang rupawan. Jika Allah berkehendak memperlihatkan rahmat kepada seseorang, maka siapa yang sanggup mencegahnya? Maka putranya ia beri nama Barakah.
Ia yang dulu kehilangan pekerjaan, sekarang menjadi Presiden Persatuan Wanita Muslim Internasional. Ia berhasil melobi Kantor Pos Amerika Serikat untuk menciptakan perangko Idul Fitri dan berjuang semoga hari raya itu menjadi hari libur nasional AS. Pengorbanan yang yang dulu diberikan Aminah demi mempertahankan Islam seakan sudah terbalas. ''Kita semua niscaya mati. Saya yakin bahwa kepedihan yang saya alami mengandung berkah.''
Aminah Assilmi sekarang telah tiada meninggalkan semua yang dikasihinya. Termasuk putranya yang dirawat di rumah sakit, akhir kecelakaan kendaraan beroda empat dalam perjalanan pulang dari New York untuk mengabarkan pesan ihwal Islam.
Perjalanannya menuju Islam cukup unik. Perjalanan yang patut dikenang. Semuanya berawal dari kesalahan kecil sebuah komputer. Mulanya, ia yaitu seorang gadis jemaat Southern Baptist–aliran gereja Protestan terbesar di AS, seorang feminis radikal, dan jurnalis penyiaran.
Sewaktu muda, ia bukan gadis yang biasa-biasa saja, tapi cerdas dan unggul di sekolah sehingga mendapatkan beasiswa. Satu hari, sebuah kesalahan komputer terjadi. Siapa sangka, hal itu membawanya kepada misi sebagai seorang Nasrani dan mengubah jalan hidupnya secara keseluruhan.
Tahun 1975 untuk pertama kali komputer dipergunakan untuk proses pra-registrasi di kampusnya. Sebenarnya, ia mendaftar ikut sebuah kelas dalam bidang terapi rekreasional, namun komputer mendatanya masuk dalam kelas teater. Kelas tidak sanggup dibatalkan, alasannya yaitu sudah terlambat. Membatalkan kelas juga bukan pilihan, alasannya yaitu sebagai peserta beasiswa nilai F berarti bahaya.
Lantas, suaminya menyarankan semoga Aminah menghadap dosen untuk mencari alternatif dalam kelas pertunjukan. Dan betapa terkejutnya ia, alasannya yaitu kelas dipenuhi dengan belum dewasa Arab dan ‘para penunggang unta’. Tak sanggup, ia pun pulang ke rumah dan memutuskan untuk tidak masuk kelas lagi. Tidak mungkin baginya untuk berada di tengah-tengah orang Arab. ''Tidak mungkin saya duduk di kelas yang penuh dengan orang kafir!'' ungkapnya kala itu.
Suaminya coba menenangkannya dan menyampaikan mungkin Tuhan punya suatu rencana dibalik kejadian itu. Selama dua hari Aminah mengurung diri untuk berpikir, sampai kesannya ia berkesimpulan mungkin itu yaitu petunjuk dari Tuhan, semoga ia membimbing orang-orang Arab untuk memeluk Kristen. Jadilah ia mempunyai misi yang harus ditunaikan. Di kelas ia terus mendiskusikan fatwa Nasrani dengan teman-teman Arab-nya.
''Saya memulai dengan menyampaikan bahwa mereka akan dibakar di neraka kalau tidak mendapatkan Yesus sebagai penyelamat. Mereka sangat sopan, tapi tidak pindah agama. Kemudian saya jelaskan betapa Yesus mengasihi dan rela mati di tiang salib untuk menghapus dosa-dosa mereka.''
Tapi ajakannya tidak manjur. Teman-teman di kelasnya tak mau berpaling sehingga ia memutuskan untuk mempelajari alquran untuk memperlihatkan bahwa Islam yaitu agama yang salah dan Muhammad bukan seorang nabi. Ia pun melaksanakan penelitian selama satu setengah tahun dan membaca alquran sampai tamat.
Namun secara tidak sadar, ia perlahan menjelma seseorang yang berbeda, dan suaminya memperhatikan hal itu. ''Saya berubah, sedikit, tapi cukup menciptakan dirinya terusik. Biasanya kami pergi ke kafe tiap Jumat dan Sabtu atau ke pesta. Dan saya tidak lagi mau pergi. Saya menjadi lebih pendiam dan menjauh.''
Melihat perubahan yang terjadi, suaminya menyangka ia selingkuh, alasannya yaitu bagi laki-laki itulah yang menciptakan seorang perempuan berubah. Puncaknya, ia diminta untuk meninggalkan rumah dan tinggal di apartemen yang berbeda. Ia terus mempelajari Islam, sambil tetap menjadi seorang Nasrani yang taat.
Hingga akhirnya, hidayah itu datang. Akhirnya pada 21 Mei 1977, jemaat gereja yang taat itu menyatakan, ''Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad yaitu utusan-Nya.''
Perjalanan sehabis mengucapkan dua kalimat syahadat, menyerupai halnya mualaf lain, bukanlah kasus yang mudah. Aminah kehilangan segala yang dicintainya. Ia kehilangan hampir seluruh temannya, alasannya yaitu dianggap tidak menyenangkan lagi. Ibunya tidak sanggup mendapatkan dan berharap itu hanyalah semangat membara yang akan segera padam. Saudara perempuannya yang jago jiwa mengira ia gila. Ayahnya yang lemah lembut mengokang senjata dan siap untuk membunuhnya.
Tak usang lalu ia pun mengenakan hijab. Pada hari yang sama ia kehilangan pekerjaannya.
Lengkap sudah. Ia hidup tanpa ayah, ibu, saudara, sahabat dan pekerjaan. Jika dulu ia hanya hidup terpisah dengan suami, sekarang perceraian di depan mata. Di pengadilan ia harus menciptakan keputusan pahit dalam hidupnya; melepaskan Islam dan tidak akan kehilangan hak asuh atas anaknya atau tetap memegang Islam dan harus meninggalkan anak-anak. ''Itu yaitu 20 menit yang paling menyakitkan dalam hidup saya,'' kenangnya.
Bertambah pedih alasannya yaitu dokter telah memvonisnya tidak akan lagi sanggup mempunyai anak akhir komplikasi yang dideritanya. ''Saya berdoa melebihi dari yang biasanya. Saya tahu, tidak ada daerah yang lebih kondusif bagi belum dewasa saya daripada berada di tangan Allah. Jika saya mengingkari-Nya, maka di masa depan mustahil bagi saya memperlihatkan kepada mereka betapa menakjubkannya berada akrab dengan Allah.'' Ia pun memutuskan melepaskan anak-anaknya, sepasang putra-putri kecilnya.
Namun, Allah Maha Pengasih. Ia diberikan anugerah dengan kata-katanya yang indah sehingga menciptakan banyak orang tersentuh dan sikap Islami-nya. Dia telah menjelma orang yang berbeda, jauh lebih baik. Begitu baiknya sehingga keluarga, sahabat dan kerabat yang dulu memusuhinya, perlahan mulai menghargai pilihan hidupnya.
Dalam banyak sekali kesempatan ia mengirim kartu ucapan untuk mereka, yang ditulisi kalimat-kalimat bijak dari ayat Al-Quran atau hadist, tanpa menyebutkan sumbernya. Beberapa waktu lalu ia pun menuai benih yang ditanam. Orang pertama yang mendapatkan Islam yaitu neneknya yang berusia lebih dari 100 tahun. Tak usang sehabis masuk Islam sang nenek pun meninggal dunia.
''Pada hari ia mengucapkan syahadat, seluruh dosanya diampuni, dan amal-amal baiknya tetap dicatat. Sejenak sehabis memeluk Islam ia meninggal dunia, saya tahu buku catatan amalnya berat di sisi kebaikan. Itu menciptakan saya dipenuhi suka cita!''
Selanjutnya yang mendapatkan Islam yaitu orang yang dulu ingin membunuhnya, ayah. Keislaman sang ayah mengingatkan dirinya pada dongeng Umar bin Khattab. Dua tahun sehabis Aminah memeluk Islam, ibunya menelepon dan sangat menghargai keyakinannya yang baru. Dan ia berharap Aminah akan tetap memeluknya.
Beberapa tahun lalu ibu meneleponnya lagi dan bertanya apa yang harus dilakukan seseorang kalau ingin menjadi Muslim. Aminah menjawab bahwa ia harus percaya bahwa hanya ada satu Tuhan dan Muhammad yaitu utusan-Nya. ''Kalau itu semua orang terbelakang juga tahu. Tapi apa yang harus dilakukannya?'' tanya ibunya lagi.
Dikatakan oleh Aminah, bahwa kalau ibunya sudah percaya berarti ia sudah Muslim. Ibunya lantas berkata, ''OK, baiklah. Tapi jangan bilang-bilang ayahmu dulu,'' pesan ibunya. Ibunya tidak tahu bahwa suaminya (ayah tiri Aminah) telah menjadi Muslim beberapa pekan sebelumnya. Dengan demikian mereka tinggal bersama selama beberapa tahun tanpa saling mengetahui bahwa pasangannya telah memeluk Islam.
Saudara perempuannya yang dulu berjuang memasukkan Aminah ke rumah sakit jiwa, kesannya memeluk Islam. Putra Aminah beranjak dewasa. Memasuki usia 21 tahun ia menelepon sang ibu dan berkata ingin menjadi muslim.
Enam belas tahun sehabis perceraian, mantan suaminya juga memeluk Islam. Katanya, selama enam belas tahun ia mengamati Aminah dan ingin semoga putri mereka memeluk agama yang sama menyerupai ibunya. Pria itu tiba menemui dan meminta maaf atas apa yang pernah dilakukannya. Ia yaitu laki-laki yang sangat baik dan Aminah telah memaafkannya semenjak dulu.
Mungkin hadiah terbesar baginya yaitu apa yang ia terima selanjutnya. Aminah menikah dengan orang lain, dan meskipun dokter telah menyatakan ia tidak sanggup punya anak lagi, Allah ternyata menganugerahinya seorang putra yang rupawan. Jika Allah berkehendak memperlihatkan rahmat kepada seseorang, maka siapa yang sanggup mencegahnya? Maka putranya ia beri nama Barakah.
Ia yang dulu kehilangan pekerjaan, sekarang menjadi Presiden Persatuan Wanita Muslim Internasional. Ia berhasil melobi Kantor Pos Amerika Serikat untuk menciptakan perangko Idul Fitri dan berjuang semoga hari raya itu menjadi hari libur nasional AS. Pengorbanan yang yang dulu diberikan Aminah demi mempertahankan Islam seakan sudah terbalas. ''Kita semua niscaya mati. Saya yakin bahwa kepedihan yang saya alami mengandung berkah.''
Aminah Assilmi sekarang telah tiada meninggalkan semua yang dikasihinya. Termasuk putranya yang dirawat di rumah sakit, akhir kecelakaan kendaraan beroda empat dalam perjalanan pulang dari New York untuk mengabarkan pesan ihwal Islam.
0 Response to "Aminah Assilmi: Beliau Korbankan Segalanya Demi Islam"
Post a Comment
Blog ini merupakan Blog Dofollow, karena beberapa alasan tertentu, sobat bisa mencari backlink di blog ini dengan syarat :
1. Tidak mengandung SARA
2. Komentar SPAM dan JUNK akan dihapus
3. Tidak diperbolehkan menyertakan link aktif
4. Berkomentar dengan format (Name/URL)
NB: Jika ingin menuliskan kode pada komentar harap gunakan Tool untuk mengkonversi kode tersebut agar kode bisa muncul dan jelas atau gunakan tool dibawah "Konversi Kode di Sini!".
Klik subscribe by email agar Anda segera tahu balasan komentar Anda