Kisah Nabi Yunus A.S.
Sunday, September 23, 2018
Add Comment
Tidak banyak yang dikisahkan oleh Al-Quran wacana Nabi Yunus sebagaimana yang telah dikisahkan wacana nabi-nabi Musa, Yusuf dan lain-lain. Dan sepanjang yang sanggup dicatat dan diceritakan oleh para sejarawan dan andal tafsir wacana Nabi Yunus ialah bahawa ia berjulukan Yunus bin Matta. Ia telah diutuskan oleh Allah untuk berdakwah kepada penduduk di sebuah tempat berjulukan "Ninawa" yang bukan kaumnya dan tidak pula ada ikatan darah dengan mereka. Ia merupakan seorang abnormal mendatang di tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia menemui mereka berada di dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala menyekutukan kepada Allah.
Yunus membawa pemikiran tauhid dan iman kepada mereka, mengajak mereka agak menyembah kepada Allah yang telah membuat mereka dan membuat alam semesta, meninggalkan persembahan mereka kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri dari kerikil dan berhala-berhala yang tidak sanggup membawanya manfaaat atau mudarat bagi mereka. Ia memperingatkan mereka bahawa mereka sebagai insan makhluk Allah yang utama yang memperoleh kelebihan di atas makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya merendahkan diri dengan menundukkan dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu mati yang mereka pertuhankan, padahal itu semua buatan mereka sendiri yang kadang kala dan sanggup dihancurkan dan diubah bentuk dan memodelnya. Ia mengajak mereka berfikir memperhatikan ciptaan Allah di dalam diri mereka sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyedarkan mereka bahawa Tuhan pencipta itulah yang patut disembah dan bukannya benda-benda ciptaannya.
Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang gres yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Kerananya mereka tidak sanggup menerimanya untuk menggantikan pemikiran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi etika kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu yaitu seorang abnormal tidak seketurunan dengan mereka.
Mereka berkata kepada Nabi Yunus: "Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami wacana agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyamg kami semenjak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau yaitu seorang yang ditengah-tengah kami yang tiba untuk merusakkan etika istiadat kami dan mengubah agama kami dan apakah kelebihan kau diatas kami yang memberimu alasan untuk mengurui dan mengajar kami. Hentikanlah aksimu dan ajak-ajakanmu di kawasan kami ini. Percayalah bahawa engkau tidak akan sanggup pengikut diantara kami dan bahawa ajaranmu tidak akan mendapat pasaran di antara rakyat Ninawa yang sangat teguh mempertahankan tradisi dan etika istiadat orang-orang renta kami."
Barkata Nabi Yunus menjawab: "Aku hanya mengajak kau beriman dan bertauhid berdasarkan agama yang saya bawa sebagai amanat Allah yang wajib ku sampaikan kepadamu. Aku hanya seorang pesuruh yang ditugaskan oleh Allah untuk mengangkat kau dari lembah kesesatan dan kegelapan menuntun kau ke jalan yang benar dan lurus memberikan kepada kau agama yang suci higienis dari benih-benih kufur dan syirik yang merendahkan martabat insan yang semata-mata untuk kebaikan kau sendiri dan kebaikan anak cucumu kelak. Aku sesekali tidak mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa daripadamu dan tidak pula menginginkan pangkat atau kedudukan. Aku tidak sanggup memaksamu untuk mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya mengingatkan kepadamu bahawa bila kau tetap membangkang dan tidak menghiraukan ajakanku , tetap menolak agama Allah yang saya bawa, tetap mempertahankan akidahmu dan agamamu yang bathil dan sesat itu, nescaya Allah kelak akan memberikan kepadamu gejala kebenaran risalahku dengan menurunkan azab seksa-Nya di atas kau sebagaimana telah dialami oleh kaum terdahulu iaitu kaum Nuh, Aad dan Tsamud sebelum kamu.
Mereka menjawab peringatan Nabi Yunus dengan saingan seraya mengatakan: "Kami tetap menolak ajakanmu dan tidak akan tunduk pada perintahmu atau mengikut kemahuanmu dan sesekali kami tidak akan takut akan segala ancamanmu. Cubalah datangkan apa yang engkau ancamkan itu kepada kami bila engkau memang benar dalam kata-katamu dan tidak mendustai kami."
Nabi Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih usang di tengah-tengah kaum Ninawa yang berkeras kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi pemikiran dan dakwahnya. Ia kemudian meninggalkan Ninawa dengan rasa jengkel dan murka seraya memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya atas orang-orang yang membangkang dan berkeras kepala itu.
Sepeninggalan Nabi Yunus penduduk Ninawa mulai melihat gejala yang mencemaskan seolah-olah bahaya Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan dan eksekusi Allah akan benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan kebinasaan sebagaimana yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala sebelum mereka. Mereka melihat keadaan udara disekeliling Ninawa makin menggelap, binatang-binatang peliharaan mereka nampak tidak damai dan gelisah, wajah-wajah mereka tanpa disadari menjadi pucat tidak berdarah dan angin dari segala penjuru bertiup dengan kecangnya membawa bunyi gemuruh yang menakutkan.
Dalam keadaan panik dan ketakutan , sedarlah mereka bahawa Yunus tidak berdusta dalam kata-katanya dan bahawa apa yang diancamkan kepada mereka bukanlah bahaya kosong buatannya sendiri, tetapi bahaya dari Tuhan. Segeralah mereka menyatakan taubat dan memohon ampun atas segala perbuatan mereka, menyatakan beriman dan percaya kepada kebenaran dakwah Nabi Yunus seraya berasa menyesal atas perlakuan dan perilaku agresif mereka yang menyebabkan ia murka dan meninggalkan kawasan itu.
Untuk menebus dosa, mereka keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit dan padang pasir, seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah biar dihindarkan dari tragedi azab dan seksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan mereka dipisahkan dari anak-anaknya sehingga terdengar bunyi teriakan binatang-binatang yang terpisah dari ibunya seolah-olah turut memohon keselamatan dari tragedi yang sedang mengancam akan tiba menimpa mereka.
Allah yang Maha Mengetahui bahawa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan rasa sesalannya dan bahawa mereka memang benar-benar dan hatinya sudah kembali beriman dan dari hatinya pula memohon dihindarkan dari azab seksa-Nya, berkenan menurunkan rahmat-Nya dan mengurniakan maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus lapang dada menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. Udara gelap yang mencakup Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan ebrseri-seri dan binatang-binatang yang gelisah menjadi tenang, kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing dengan penuh rasa bangga dan syukur kepada Allah yang telah berkenan mendapatkan doa dan permohonan mereka.
Berkatalah mereka didalam hati masing-masing sesudah merasa tenang, tenteram dan kondusif dari malapetaka yang nyaris melanda mereka: "Di manakah gerangan Yunus kini berada? Mengapa kami telah tunduk kepada bisikan syaitan dan mengikuti hawa nafsu, menyebabkan dia meninggalkan kami dengan rasa murka dan jengkel kerana perilaku kami yang menentang dan memusuhinya. Alangkah bahagianya kami andaikan ia masih berada di tengah-tengah kami menuntun dan mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan kami di dunia dan di akhirat. Ia yaitu benar-benar rasul dan nabi Allah yang telah kami sia-siakan. Semoga Allah mengampuni dosa kami."
Adapun wacana keadaan Nabi Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa secara mendadak, maka ia berjalan kaki mengembara naik gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa disadari ia tiba-tiba berada disebuah pantai melihat sekelompok orang yang lagi bergegas-gegas hendak menumpang sebuah kapal. Ia minta dari pemilik kapal biar diperbolehkan ikut serta bersama lain-lain penumpang. Kapal segera melepaskan sauhnya dan meluncur dengan lajunya ke tengah maritim yang tenang. Ketenangan maritim itu tidak sanggup bertahan lama, kerana sekonyong-konyong tergoncang dan terayunlah kapal itu oleh gelombang besar yang tiba mendadak diikuti oleh tiupan angin taufan yang kencang, sehingga menyebabkan juru mudi kapal berserta seluruh penumpangnya berada dalan keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal yang sudah tidak sanggup dikuasai keseimbangannya.
Para penumpang dan juru mudi melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan bila keadaan cuaca tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan meringankan beban berat muatan dengan mengorbankan salah seorang daripada para penumpang. Undian kemudian dilaksanakan untuk memilih siapakah di antara penumpang yang harus dikorbankan. Pada tarik pertama keluarlah nama Yunus, seorang penumpang yang mereka paling hormati dan cintai, sehingga mereka semua merasa berat untuk melemparkannya ke maritim menjadi mangsa ikan.
Kemudian diadakanlah undian bagi kali kedua dengan masing-masing penumpang mengharapkan jangan hingga keluar lagi nama Yunus yang mereka sayangi itu, namun melesetlah cita-cita mereka dan keluarlah nama Yunus kembali pada undian yang kedua itu. Demikianlah bagi undian bagi kali yang ketiganya yang disepakati sebagai yang terakhir dan yang memilih nama Yunuslah yang muncul yang harus dikorbankan untuk menyelamatkan kapal dan para penumpang yang lain.
Nabi Yunus yang dengan telitinya memperhatikan sewaktu undian dibentuk merasa bahawa keputusan undian itu yaitu kehendak Allah yang tidak sanggup ditolaknya yang mungkin didalamnya terselit nasihat yang ia belum sanggup menyelaminya. Yunus sedar pula pada ketika itu bahawa ia telah melaksanakan dosa dengan meninggalkan Ninawa sebelum memperoleh perkenan Allah, sehingga mungkin keputusan undian itu yaitu sebagai penebusan dosa yang ia lakukan itu. Kemudian ia beristikharah menghenimgkan cipta sejenak dan tanpa ragu segera melemparkan dirinya ke maritim yang segera diterima oleh lipatan gelombang yang sedang mengamuk dengan dahsyatnya di bawah langit yang kelam-pekat.
Selagi Nabi Yunus berjuang melawan gelombang yang mengayun-ayunkannya, Allag mewahyukan kepada seekor ikan paus untuk menelannya bulat-bulat dan menyimpangnya di dalam perut sebagai amanat Tuhan yang harus dikembalikannya utuh tidak tercedera kelak bila saatnya tiba.
Nabi Yunus yang berada di dalam perut ikan paus yang membawanya memecah gelombang timbul dan karam ke dasar maritim merasa sesak dada dan bersedih hati seraya memohon ampun kepada Allah atas dosa dan tindakan yang salah yang dilakukannya tergesa-gesa. Ia berseru didalam kegelapan perut ikan paus itu: "Ya Tuhanku, sebenarnya tiada Tuhan selain Engkau, Maha sucilah Engkau dan sebenarnya saya telah berdosa dan menjadi salah seorang dari mereka yang zalim."
Setelah selesai menjalani eksekusi Allah , selama beberapa waktu yang telah ditentukan, ditumpahkanlah Nabi Yunus oleh ikan paus itu yang mengandungnya dan dilemparkannya ke darat . Ia terlempar dari ekspresi ikan ke pantai dalam keadaan kurus lemah dan sakit. Akan tetapi Allah dengan rahmat-Nya menumbuhkan di tempat ia terdampar sebuah pohon labu yang sanggup menaungi Yunus dengan daun-daunnya dan menikmati buahnya.
Nabi Yunus sesudah sembuh dan menjadi segar kembali diperintahkan oleh Allah biar pergi kembali mengunjungi Ninawa di mana seratus ribu lebih penduduknya mendamba-dambakan kedatangannya untuk memimpin mereka dan memberi tuntunan lebih lanjut untuk menyempurnakan iman dan aqidah mereka. Dan alangkah terkejutnya Nabi Yunus tatkala masuk Ninawa dan tidak melihat satu pun patung berhala berdiri. Sebaliknya ia menemui orang-orang yang dahulunya berkeras kepala menentangnya dan menolak ajarannya dan kini sudah menjadi orang-orang mukmin, soleh dan beribadah memuja-muji Allah s.w.t.
Pokok dongeng wacana Yunus terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah Yunus ayat 98, surah Al-Anbiaa' ayat 87, 88 dan surah Ash-Shaffaat ayat 139 sehingga ayat 148.
Pengajaran yang sanggup dipetik dari kisah Nabi Yunus.
Bahwasannya seorang yang bertugas sebagai da'i - juru dakwah harus mempunyai kesabaran dan dilarang cepat-cepat murka dan berputus asa bila dakwahnya tidak sanggup sambutan yang selayaknya atau tidak segera diterima oleh orang-orang yang didakwahinya. Dalam keadaan demikian ia harus bersabar mengawal emosinya serta tetap meneruskan dakwahnya dengan bersikap bijaksana dan lemah lembut, sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 125 yang bermaksud : "Serulah, berdakwahlah kepada jalan Tuhanmu dengan nasihat dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik { sopan dan lemah lembut } ."
Di dalam diri Nabi Yunus Allah telah memberi pola betapa ia telah disesalkan atas tindakannya yang tergesa-gesa kerana kehilangan kesabaran, meninggalkan kaum Ninawa, padahal mereka masih sanggup disedarkan untuk mendapatkan ajakannya andaikan ia tidak terburu-buru murka dan meninggalkan mereka tanpa berunding lebih dahulu dengan Allah yang telah mengutusnya.
Atas pelanggaran yang telah dilakukan tanpa sedar Allah telah memberi eksekusi kepada Nabi Yunus berupa kurungan dalam perut ikan paus sebagai peringatan dan pengajaran biar tidak terulang lagi sesudah ia diberi ampun dan disuruh kembali ke Ninawa melanjutkan dakwahnya.
0 Response to "Kisah Nabi Yunus A.S."
Post a Comment
Blog ini merupakan Blog Dofollow, karena beberapa alasan tertentu, sobat bisa mencari backlink di blog ini dengan syarat :
1. Tidak mengandung SARA
2. Komentar SPAM dan JUNK akan dihapus
3. Tidak diperbolehkan menyertakan link aktif
4. Berkomentar dengan format (Name/URL)
NB: Jika ingin menuliskan kode pada komentar harap gunakan Tool untuk mengkonversi kode tersebut agar kode bisa muncul dan jelas atau gunakan tool dibawah "Konversi Kode di Sini!".
Klik subscribe by email agar Anda segera tahu balasan komentar Anda