Surat Untuk Ummi
Monday, November 12, 2018
Add Comment
HARI ini, tanggal 22 Desember, saya ingin memberi sebuah kado istimewa untuk Ummi. “Tapi, saya akan memberi apa ya?” pikirku. Satu demi satu ide muncul di benakku. Aha! Bagaimana jikalau saya menyusun sebuah surat cinta untuk Ummi? Sebuah surat yang akan menjadi ucapan selamatku untuk ibuku tercinta. Surat sederhana, dari seorang Wafa, murid kelas 4 SD, anakmu yang pertama.
Bismillah....mari kita mulai.....
Ummi, Engkaulah yang melahirkanku, mengasuhku, menyusuiku dikala diriku masih lemah tak berdaya. Menggendongku dikala saya belum bisa berjalan, mentatihku ketika kakiku mulai mau menopang badan ini. Dengan sabar Engkau lakukan itu semua, tanpa keluhan yang berarti. Kau menyayangiku dengan tulus, kasih sayangmu memenuhi rongga dadaku hingga saya mencicipi dunia ini kosong tanpamu.
Ummi, saya sering bertanya-tanya dalam hati, apakah semua ibu di dunia ini sepertimu? Mengapa saya dengar ada ibu yang membuang anaknya? Membiarkan anaknya hidup sebatang kara? Ada yang mengusir anaknya dari rumah, meninggalkannya untuk mengejar impian-impiannya sendiri.
Aku ingin semua orang mencicipi mempunyai ibu sepertimu, yang selalu mendukung anak-anaknya. Ummi ialah orang yang setia mendengarkan keluh kesahku sepulang sekolah. Kutemukan Ummi sebagai teman terbaikku dikala saya dalam kesedihan. Ummi juga yang menyemangatiku untuk menyebarkan bakatku. Mendorongku ikut lomba menulis, baca puisi, menggambar, dan lain-lain. Ummi selalu berpesan semoga saya tidak cepat berputus asa. Ikut lomba bukan untuk meraih kemenangan, tapi untuk mensyukuri nikmat Allah atas talenta dan kemampuan.
Aku mengingat Ummi sebagai nyanyian yang indah. Saat Engkau mendendangkan lagu –lagu merdu sebelum tidur, dengan gampang saya terhanyut terlelap di pangkuanmu. Ketika saya sedih, Engkau ceritakan kisah-kisah Iskandar Muda yang memberi semangat pada jiwa. Tatkala saya patah semangat, kamu tunjukkan kelebihan-kelebihanku dan memicu untuk berlatih lebih giat.
Aku mengingat Ummi sebagai dokter yang hebat. Jika saya sakit, Ummi mengajakku merenung, dosa dan kesalahan apa yang hendak Allah cuci. Tidak eksklusif obat, tapi pertahanan tubuhlah yang harus diperkuat. Bukan menyalahkan orang lain, tapi mencari sesuatu yang perlu diperbaiki dalam diri. Katamu, hidup insan hanya sebentar. Jika Allah sayang, kadang Ia memberi ujian. teguran dan eksekusi untuk hamba-hamba yang dikasihinya. Tak apalah kita sakit sehari-dua hari, semoga nikmat sehat lebih positif kita cicipi.
Terkadang Engkau murka dan murung melihat tingkahku. Jika saya terlambat shalat, atau terlalu banyak menonton TV tak bermanfaat. Aku sedih, Mi, jikalau melihatmu marah. Aku ingin waktuku dikala itu cepat berlalu, sehingga esok saya sanggup memperbaiki kesalahanku.
Tahukah kamu Ummi, Engkau ialah sumber inspirasiku. Saat kita berlibur ke pantai, Kau tak hanya berkisah perihal lembutnya pasir, kokohnya karang, luasnya lautan. Kau ceritakan perihal semangat para jagoan yang menghadapi gelora badai, berjuang mempertahankan agama dan kebebasan. Aku ingat dikala kita berwisata, tak hanya hura-hura. Kau bawa kami ke benteng Inong Balee, mencicipi kerja keras para jagoan perempuan Aceh di sana. Berziarah ke makam Malahayati yang menjadi kepala intel dan angkatan maritim Aceh, pemimpin ratusan kapal perang sebuah kerajaan terkemuka. Saat itu tiba-tiba saya ingin jadi seorang laksamana.
Tidak hanya satu cerita, lain hari kamu bawa kami ke benteng Iskandar Muda dan benteng Indra Patra. Sambil bercerita perihal sejarahnya, Kau bakar semangatku untuk terus berkarya. Aku tak ingin kisah-kisah itu cuma jadi penghias buku cerita. Aku ingin orang-orang hebat itu terlahir kembali ke dunia nyata.
Ummi, jikalau malam tiba, Kau bermetamorfosis hebat astronomi andalan. Kau tunjukkan rasi bintang Scorpio, Orion dan rasi layang-layang penanda arah Selatan. ‘Jangan takut kehilangan arah, Nak’, katamu. Lihatlah lukisan Allah di langit utara, daerah rasi biduk membentang, dan bintang Utara bertahta di ujungnya dengan menawan.
Sebagai seorang ibu teladan, saya besar hati jikalau pergi bersamamu. Jika liburan tiba, kita rencanakan untuk pergi wisata sejarah. Kita pergi melihat sejarah Islam Samudera Pasai di Aceh Utara. Bagai membuka lembar-lembar sejarah di sana, terbayang pujian dan kebesaran Islam dikala jaya. Katamu, di sana makam orang-orang yang berjasa telah terbujur. Mereka telah pulang ke hadirat Rabb-nya dengan bangga, sehabis menyebar dakwah yang jadinya hingga ke kita. Sungguh besar pahala yang mereka tuai, alasannya ialah Islam hingga sekarang telah diimani orang ramai. Bayangkan betapa nikmat alam kuburnya, dihiasi taman-taman bunga surga.
Saat kamu bercerita perihal anugrah Allah pada bunga-bunga, pohon-pohon dan dedaunan alam raya, saya ingin terus menerus menikmatinya. Tentang daun kelutuk penawar diare, buah mengkudu untuk sakit gula. Aku teringat dikala seorang teman nenek yang tak berpunya mengeluh sakit gula, Ummi memperlihatkan buah mengkudu menjadi obatnya. Aku terinspirasi untuk jadi seorang pengusaha herbal, semoga orang-orang miskin jugaberkesempatan untuk kembali sehat, sama ibarat kesempatan yang dimiliki orang hebat.
Aku mengingat Ummi sebagai pencinta lingkungan sejati. Jangan ada sisi kertas yang masih kosong sudah dibuang ke tong.
Menggunakan ulang kertas bekas, semoga tidak banyak pohon yang dipangkas. Memisahkan sampah, bukan hanya teori, tapi positif dilakukan sendiri. Sampah dapur jadi kompos, atau jadi pakan kambing kita. Sampah plastik tentu lebih mudah, sedangkan gelas aqua dan gelas kaca, selalu ada yang meminta.
Aku berusaha jadi anak yang rajin membaca buku-buku yang Engkau beli, kisah belum dewasa yang bercita-cita tinggi. Mereka menulis buku-bukunya sendiri. Tidak, saya tidak ingin cuma menikmati. Aku ingin menulis bukuku sendiri. Kau berpesan semoga jangan meracuni diri dengan tontonan. Katamu, buku ialah sumber ilmu yang tak habis-habis. Kini saya pun semakin ingin jadi penulis.
Ummi, di hari ibu ini, terimakasih banyak kuucapkan dari hatiku. Ummi ialah orang yang paling berjasa dalam kehidupan keluarga. Membesarkan anak-anakmu. Memasak, mencuci piring, membereskan apa saja dan Ummi juga berjuang untuk kesuksesan anak-anaknya. Terimakasih banyak kuucapkan sekali lagi.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa ummiku tersayang ini ya Allah. Semuanya ya Allah . Aku berdoa semoga Ummi menjadi insan yang dicintai Allah. Semoga Ummi menerima singgasana di nirwana nanti. Selamat hari Ibu, Ummi.
I love you. ***
Penulis: Wafa Syahida binti Saifunsyah, murid kelas 4 SD Islam Terpadu Nurul Ishlah, Beurawe, Banda Aceh.
Editor : Bakri
Diambil dari Harian Serambi Indonesia
miss you
0 Response to "Surat Untuk Ummi"
Post a Comment
Blog ini merupakan Blog Dofollow, karena beberapa alasan tertentu, sobat bisa mencari backlink di blog ini dengan syarat :
1. Tidak mengandung SARA
2. Komentar SPAM dan JUNK akan dihapus
3. Tidak diperbolehkan menyertakan link aktif
4. Berkomentar dengan format (Name/URL)
NB: Jika ingin menuliskan kode pada komentar harap gunakan Tool untuk mengkonversi kode tersebut agar kode bisa muncul dan jelas atau gunakan tool dibawah "Konversi Kode di Sini!".
Klik subscribe by email agar Anda segera tahu balasan komentar Anda