Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi
Thursday, January 31, 2019
Add Comment
Sebuah Novel yang Terinspirasi Kisah Nyata
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya ialah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja beliau harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin beliau menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati beliau mengikuti perintah Ibunya: berguru di pondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh niscaya sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak mengigau dalam bahasa Inggris, dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi ibarat melayang di udara.
Dipersatukan oleh eksekusi jewer berantai, Alif berteman erat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung berarak pulang ke ufuk. Di mata
belia mereka, awan-awan itu bermetamorfosis menjadi negara dan benua keinginan masing-masing. Kemana keinginan membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai kawasan jin buang anak? Bagaimana hingga ada yang kasak-kusuk menjadi jasus misterius? Siapa Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana hingga Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona hingga alhasil ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini pribadi dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara ialah buku pertama dari sebuah trilogi.
"Kisah inspiratif dengan selipan humor khas pondok. Jarang ada novel yang bercerita perihal apa yang terjadi di balik sebuah pondok yang penuh teka-teki. Buku ini sarat dengan vitamin bagi jiwa kita."
---Andy Noya, host talkshow KickAndy
Novel yang berkisah perihal generasi muda bangsa ini penuh motivasi, bakat, semangat, dan optimisme untuk maju dan tidak kenal menyerah, merupakan pelajaran yang amat berharga bukan saja sebagai karya seni, tetapi juga perihal proses pendidikan dan pembudayaan untuk terciptanya sumberdaya insani yang handal. Andaikan banyak anak bangsa yang memiliki kesempatan dan pengalaman ibarat mereka, akan beruntunglah bangsa Indonesia dalam mewujudkan masa depannya yang maju dan sejahtera, yang disegani dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain.
---BJ Habibie
Membaca buku ini, ibarat bangkitnya sastrawan besar masa kemudian dari Ranah Minang. Tapi kali ini nuansanya semakin luas dan mengglobal tak sebatas nusantara, apalagi terbatas pada tradisi kultural Minangkabau. Ada hal yang gres dan menarik bagi saya sebagai Gubernur, bahwa betapapun luasnya pergaulan dan modernnya peradaban yang dimasuki kehidupan anak manusia, beliau tak sanggup melepaskan diri sama sekali dari akar kultural yang dimilikinya. Ini sebuah kehidupan dan model gres karya sastra "anak" Minang masa sekarang yang berbeda dengan masa lalu, saat Rantau masih terbatas wilayahnya. Semoga goresan pena ini menjadi materi kajian sastra modern di tanah air kita.
---Gamawan Fauzi, Gubernur Sumatera Barat
"Demonstrasi yang indah perihal kekuatan tulus dan "kesengajaan" prasangka baik kepada Tuhan. Rumus proses berguru yang jitu: yaitu murid tulus diajar, guru tulus mengajar. Hasilnya secara tidak disangka-sangka, terbuka lebarlah pintu nasihat dan pintu dunia akhirat. Beranilah bermimpi dan berharap alasannya ialah Tuhan Maha Mendengar. Novel yang sangat saya anjurkan untuk dibaca dan direnungkan..."
"Ditulis "menggunakan kata" hati, sehingga terasa menyentuh hati. Ditengah semua pergumulan hidup, alhasil keikhlasan yang putih akan selalu memenangkan dunia dan akhirat. Bacalah dan ambillah hikmahnya.."
---Erbe Sentanu, Penulis BukuQuantum Ikhlas, Pelopor Industri Kesadaran di Indonesia
"Masa remaja selalu meninggalkan bekas yang kuat, penuh nostalgia. Ahmad Fuadi mengolah nostalgia menjadi novel yang menyentuh, sekaligus menjadi diskusi kritis sekaligus simpatik perihal pendidikan kehidupan. Negeri Lima Menara ialah kisah enam anak muda berbeda warna menembus pendidikan pesantren menuju dunia, sebuah kisah yang menggelitik... "
---Riri Riza, Pembuat Film
Penulis: A. Fuadi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-4861-6
Harga: Rp.50.000,- Beli
Baca-Download: Google Drive
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya ialah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja beliau harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin beliau menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati beliau mengikuti perintah Ibunya: berguru di pondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh niscaya sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak mengigau dalam bahasa Inggris, dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi ibarat melayang di udara.
Dipersatukan oleh eksekusi jewer berantai, Alif berteman erat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung berarak pulang ke ufuk. Di mata
belia mereka, awan-awan itu bermetamorfosis menjadi negara dan benua keinginan masing-masing. Kemana keinginan membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai kawasan jin buang anak? Bagaimana hingga ada yang kasak-kusuk menjadi jasus misterius? Siapa Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana hingga Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona hingga alhasil ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini pribadi dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara ialah buku pertama dari sebuah trilogi.
"Kisah inspiratif dengan selipan humor khas pondok. Jarang ada novel yang bercerita perihal apa yang terjadi di balik sebuah pondok yang penuh teka-teki. Buku ini sarat dengan vitamin bagi jiwa kita."
---Andy Noya, host talkshow KickAndy
Novel yang berkisah perihal generasi muda bangsa ini penuh motivasi, bakat, semangat, dan optimisme untuk maju dan tidak kenal menyerah, merupakan pelajaran yang amat berharga bukan saja sebagai karya seni, tetapi juga perihal proses pendidikan dan pembudayaan untuk terciptanya sumberdaya insani yang handal. Andaikan banyak anak bangsa yang memiliki kesempatan dan pengalaman ibarat mereka, akan beruntunglah bangsa Indonesia dalam mewujudkan masa depannya yang maju dan sejahtera, yang disegani dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain.
---BJ Habibie
Membaca buku ini, ibarat bangkitnya sastrawan besar masa kemudian dari Ranah Minang. Tapi kali ini nuansanya semakin luas dan mengglobal tak sebatas nusantara, apalagi terbatas pada tradisi kultural Minangkabau. Ada hal yang gres dan menarik bagi saya sebagai Gubernur, bahwa betapapun luasnya pergaulan dan modernnya peradaban yang dimasuki kehidupan anak manusia, beliau tak sanggup melepaskan diri sama sekali dari akar kultural yang dimilikinya. Ini sebuah kehidupan dan model gres karya sastra "anak" Minang masa sekarang yang berbeda dengan masa lalu, saat Rantau masih terbatas wilayahnya. Semoga goresan pena ini menjadi materi kajian sastra modern di tanah air kita.
---Gamawan Fauzi, Gubernur Sumatera Barat
"Demonstrasi yang indah perihal kekuatan tulus dan "kesengajaan" prasangka baik kepada Tuhan. Rumus proses berguru yang jitu: yaitu murid tulus diajar, guru tulus mengajar. Hasilnya secara tidak disangka-sangka, terbuka lebarlah pintu nasihat dan pintu dunia akhirat. Beranilah bermimpi dan berharap alasannya ialah Tuhan Maha Mendengar. Novel yang sangat saya anjurkan untuk dibaca dan direnungkan..."
"Ditulis "menggunakan kata" hati, sehingga terasa menyentuh hati. Ditengah semua pergumulan hidup, alhasil keikhlasan yang putih akan selalu memenangkan dunia dan akhirat. Bacalah dan ambillah hikmahnya.."
---Erbe Sentanu, Penulis BukuQuantum Ikhlas, Pelopor Industri Kesadaran di Indonesia
"Masa remaja selalu meninggalkan bekas yang kuat, penuh nostalgia. Ahmad Fuadi mengolah nostalgia menjadi novel yang menyentuh, sekaligus menjadi diskusi kritis sekaligus simpatik perihal pendidikan kehidupan. Negeri Lima Menara ialah kisah enam anak muda berbeda warna menembus pendidikan pesantren menuju dunia, sebuah kisah yang menggelitik... "
---Riri Riza, Pembuat Film
Detail Buku:
Judul: Negeri 5 MenaraPenulis: A. Fuadi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-4861-6
Harga: Rp.50.000,- Beli
Baca-Download: Google Drive
0 Response to "Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi"
Post a Comment
Blog ini merupakan Blog Dofollow, karena beberapa alasan tertentu, sobat bisa mencari backlink di blog ini dengan syarat :
1. Tidak mengandung SARA
2. Komentar SPAM dan JUNK akan dihapus
3. Tidak diperbolehkan menyertakan link aktif
4. Berkomentar dengan format (Name/URL)
NB: Jika ingin menuliskan kode pada komentar harap gunakan Tool untuk mengkonversi kode tersebut agar kode bisa muncul dan jelas atau gunakan tool dibawah "Konversi Kode di Sini!".
Klik subscribe by email agar Anda segera tahu balasan komentar Anda