Etika Dalam Berkomunikasi
Monday, June 28, 2021
Add Comment
Etika Dalam komunikasi | Sebagai makhluk sosial, kita tentu tahu bahwa adat yaitu termasuk hal fundamental dalam kehidupan manusia. Begitu juga dengan komunikasi yang merupakan proses interaksi sosial dalam kehidupan sehari hari. Jadi, adat dan komunikasi tentu tidak sanggup terpisahkan selama kita masih bernyawa. Yang menjadi pertanyaan yaitu bagaimana kita meaplikasikan etika berkomunikasi dalam bermasyarakat?
Secara umum, dalam kontek kehidupan sehari-hari insan itu tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Mulai dari kita bangkit tidur hingga kemudian tertidur kembali, komunikasi selalu menjadi kegiatan utama kita entah itu komunikasi ekspresi atau non verbal, entah itu komunikasi antar langsung atau komunikasi organisasi. Interaksi itu akan menjadi rutinitas setiap individu.
Secara umum, dalam kontek kehidupan sehari-hari insan itu tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Mulai dari kita bangkit tidur hingga kemudian tertidur kembali, komunikasi selalu menjadi kegiatan utama kita entah itu komunikasi ekspresi atau non verbal, entah itu komunikasi antar langsung atau komunikasi organisasi. Interaksi itu akan menjadi rutinitas setiap individu.
Hal ibarat ini memang telah menjadi kodrat kita sebagai seorang insan yang memang tidak sanggup hidup sendiri. Kita selalu membutuhkan orang lain disekitar kita, walaupun hanya untuk sekedar melaksanakan dialog basa-basi alasannya yaitu insan yaitu makhluk sosial dan dari dalam interaksi itulah insan lambat laun membuat nilai-nilai bersama yang kemudian disebut sebagai kebudayaan.
Dalam nilai-nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan mengatur tata cara kita berkomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati dan menjunjung tinggi adat sebagai sebuah tanda penghargaan pada lawan bicara kita. Namun terkadang pemakaian sesuatu yang kita anggap sebuah adat sanggup berakibat pada sesuatu yang tidak menyenangkan dan menjadikan kesalahpahaman antar sesama. Mengapa hal itu sanggup terjadi? Padahal tujuan kita menggunakan adat yaitu untuk mencoba menghargai khalayak.
Pemakaian etika dalam konteks komunikasi antar pribadi mempunyai paradoks tersendiri. Di lain pihak, hal ini sanggup menjadi hal yang positif namun terkadang sesuatu yang negatif dan cenderung merusak dan memperburuk keadaan juga sanggup terjadi. Berbagai hal dinilai bertanggung jawab atas hal ini. Dari mulai cara kita berkomunikasi antar sesama hingga pada ketika kita menggunakan adat dalam berinteraksi.
Banyak orang beranggapan bahwa dalam sebuah pembicaraan, kita harus menggunakan adat untuk menghargai dan menghormati lawan bicara. Ada sebuah teori yang mendefinisikan adat sebagai, “sebuah cabang ilmu filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma, moral yang menentukan sikap insan dalam hidupnya”.
Dalam teori ini, adat mempunyai 3 tujuan, yaitu:
Dalam teori ini, adat mempunyai 3 tujuan, yaitu:
- Membantu insan untuk bertindak secara bebas dan sanggup dipertanggung jawabkan
- Membantu insan mengambil sikap dan tindakan secara sempurna dalam hidup ini.
- Tujuan selesai untuk membuat kebahagiaan.
Terlepas oke atau tidaknya kita dengan teori diatas, namun ada hal yang sanggup kita sepakati bahwa adat berafiliasi dengan moral,”sistem perihal bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia.”
Etika Komunikasi Antar Pribadi
Persoalan adat yang potensial selalu menempel dalam setiap bentuk komunikasi antar langsung sehingga komunikasi sanggup dinilai dalam dimensi benar-salah, melibatkan dampak yang berarti terhadap insan lain, sehingga komunikator secara sadar menentukan tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai dan cara-cara komunikasi guna mencapai tujuan tersebut.
Apakah seorang komunikator bertujuan memberikan informasi, meningkatkan pemahaman seseorang, memudahkan keputusan yang bebas pada orang lain, memperlihatkan nilai-nilai yang penting, memperlihatkan eksistensi dan relevansi suatu perkara sosial, memberikan sebuah tanggapan atau aktivitas agresi atau memicu pertikaian-persoalan adat yang potensial terpadu dalam upaya-upaya simbolik sang komunikator. Demikianlah keadaannya pada sebagian besar komunikasi pribadi, baik komunikasi antara 2 orang, dalam kelompok kecil, dalam retorika gerakan sosial maupun dalam relasi masyarakat.
Bahkan muncul ungkapan bahwa insan yaitu satu-satunya hewan” yang secara harfiah sanggup disebut mempunyai nilai”. Lebih khusus lagi, barangkali esensi tertinggi insan yaitu homo ethicus, insan yaitu pembuat evaluasi etika. Tetapi muncul pertanyaan, mengapa mempersoalkan etika dalam komunikasi antar pribadi?
Jelas, dengan menghindari pembicaraan mengenai etika dalam komunikasi, orang akan bersandar pada banyak sekali macam pembenaran:
Jelas, dengan menghindari pembicaraan mengenai etika dalam komunikasi, orang akan bersandar pada banyak sekali macam pembenaran:
- Setiap orang tahu bahwa teknik komunikasi tertentu yaitu tidak etis jadi tidak perlu dibahas;
- Karena yang penting dalam komunikasi hanyalah perkara kesuksesan maka perkara adat tidak relevan.
- Penilaian adat hanyalah perkara evaluasi individu secara langsung sehingga tak ada tanggapan pasti.
- Menilai adat orang lain itu memperlihatkan keangkuhan atau bahkan tidak sopan. Secara potensial timbul ketegangan antara ” kenyataan” dan “keharusan”, antara yang konkret dan yang ideal. Mungkin terdapat ketegangan antara apa yang dilakukan setiap orang dengan apa yang berdasarkan kita harus dilakukan oleh orang tersebut.
Mungkin terdapat konflik antara komunikasi yang kita pandang berhasil dan evaluasi teknik tersebut dilarang dipakai alasannya yaitu cacat berdasarkan etika. Kita mungkin terlalu menekankan pemahaman perihal sifat dan efektivitas teknik, proses dan metode komunikasi dengan mengorbankan perhatian pada perkara adat perihal penggunaan teknik-teknik ibarat itu. Kita harus menguji bukan hanya bagaimana, melainkan juga apakah kita secara etis harus, menggunakan banyak sekali macam metode dan pendekatan.
Masalah “apakah”, terang bukan hanya pembiasaan khalayak, melainkan perkara etika. Kita boleh merasa bahwa tujuan-tujuan adat itu tidak sanggup dicapai secara nyata sehingga tidak banyak manfaatnya.
Bagaimana para peserta dalam sebuah transaksi komunikasi langsung menilai adat dari komunikasi itu, atau bagaimana para pengamat luar menilai etikanya, akan berbeda-beda tergantung pada standar adat yang mereka gunakan. Sebagian diantara bahkan mungkin akan menentukan untuk tidak mempertimbangkan etika. Namun demikian, perkara adat yang potensial tetap ada meskipun tidak terpecahkan atau tidak terjawab.
Apakah seorang komunikator menginginkan evaluasi adat atau tidak? Komunikan umumnya akan menilai, secara resmi ataupun tidak resmi, upaya komunikator berdasarkan standar adat yang relevan berdasarkan mereka. Jika bukan alasannya yaitu alasan lain, selain alasan pragmatik, yakni untuk kesempatan meningkatkan kesuksesan, komunikator perlu mempertimbangkan kriteria etis para khalayaknya.
Dalam prakteknya, ketika komunikasi persuasif dilakukan maka komunikator tidak diperkenankan untuk:
- Menggunakan data palsu, data yang sengaja dirancang untuk menonjolkan kesan tertentu, data yang dengan sengaja diejawantahkan secara salah, dibelokkan, atau bukti yang benar tapi tidak ada hubungannya untuk mendukung suatu pernyataan atau mengesahkan sesuatu.
- Tidak diperkenankan secara sengaja menggunakan alasan yang mewaspadai atau tidak masuk diakal (tidak logis).
- Tidak diperkenankan menyatakan diri sebagai jago pada subyek tertentu, padahal bukan ahlinya. Tidak diperkenankan juga mengaku telah diberi warta oleh ahlinya padahal tidak.
- Tidak diperkenankan untuk mengajukan hal-hal yang tidak berkaitan untuk mengalihkan perhatian dari isyu yang sedang menjadi perhatian. Di antara hal-hal yang paling sering dipakai untuk mengalihkan perhatian yaitu sikap sengaja menyerang abjad individu yang menjadi lawannya, pembelaan dengan menggunakan kebencian dan (bigotry) sebagai alasan. (Innuendo), penggunaan istilah "Tuhan" atau "setan" yang sanggup menyebabkan/ mengundang keadaan tegang namun tidak mencerminkan reaksi positif atau negatif yang sebenarnya.
- Tidak diperkenankan untuk meminta kepada sasaran sasaran (pembaca/ pemirsa) untuk mengaitkan ilham atau anjuran yang diajukan dengan nilai-nilai yang emosional, motif-motif tertentu, atau tujuan-tujuan yang bahu-membahu tidak ada kaitannya.
- Tidak diperkenankan untuk menipu khalayak dengan menyembunyikan tujuan sebenarnya, atau kepentingan pribadi/ kelompok yang diwakilkan, atau menggunakan posisi langsung sebagai penasehat ketika memberikan sisi pandang tertentu.
- Jangan menutup-nutupi, membelokkan, atau sengaja menafsirkan dengan salah angka, istilah, jangkauan, intensitas, atau konsekuensi logis yang mungkin diakibatkan di masa depan.
- Tidak diperkenankan untuk menggunakan pembelaan emosional yang tidak disertai bukti, latar belakang, atau alasan yang tidak sanggup diterima apabila sasaran peserta mempunyai kesempatan dan waktu untuk memeriksa subyek tersebut sendiri kemudian menemukan sesuatu yang lain/ bertentangan.
- Tidak diperkenankan untuk menyederhanakan sebuah situasi yang yang bahu-membahu kompleks, sehingga terlihat sebagai hitam dan putih saja, hanya mempunyai dua pilihan atau pandangan, dan (polar views).
- Tidak diperkenankan untuk mengaku sebuah kepastian sudah dibentuk padahal situasinya masih sementara, dan derajat kemungkinan situasi masih sanggup berubah bahu-membahu lebih akurat.
- Tidak diperkenankan menganjurkan sesuatu yang kita secara langsung bahu-membahu juga tidak percaya.
Itulah bentuk dari adat berkomunikasi dalam kehidupan sehari hari. Walaupun kita tahu apa itu adat dan juga pengertian dari komunikasi itu sendiri. Kadang kala, kita juga tidak begitu paham perihal makna dari sebuah ucapan yang sehingga apa yang kita katakan membuat proses komunikasi itu tidak beretika.
Jadi, dengan adanya artikel etika berkomunikasi ini menjadi sebuah contoh buat kita semua. Ya, walaupun terkadang bertolak belakang dengan lingkungan kita. Namun, klarifikasi di atas juga kau paparkan berdasarkan teori serta secara umum dilakukan dalam keseharian.
Sumber http://www.irmanfsp.com/
0 Response to "Etika Dalam Berkomunikasi"
Post a Comment
Blog ini merupakan Blog Dofollow, karena beberapa alasan tertentu, sobat bisa mencari backlink di blog ini dengan syarat :
1. Tidak mengandung SARA
2. Komentar SPAM dan JUNK akan dihapus
3. Tidak diperbolehkan menyertakan link aktif
4. Berkomentar dengan format (Name/URL)
NB: Jika ingin menuliskan kode pada komentar harap gunakan Tool untuk mengkonversi kode tersebut agar kode bisa muncul dan jelas atau gunakan tool dibawah "Konversi Kode di Sini!".
Klik subscribe by email agar Anda segera tahu balasan komentar Anda