Sastra Jendra Hayuningrat Karya Agus Sunyoto
Wednesday, January 30, 2019
Add Comment
Agama bukanlah tujuan, melainkan jalan untuk mencapai kesadaran ketuhanan dan spiritualitas. Menjadikan agama sebagai tujuan hanya akan melahirkan perilaku fanatisme keagamaan yang berlebihan, alasannya yaitu tersimpan pamrih berupa iming-iming nirwana dan atau menghindari neraka. Menjadikan agama sebagai tujuan cenderung bersifat destruktif, alih-alih sebagai rahmatan lil 'alamin.
Sebagai jalan menuju kesadaran ketuhanan, agama menyediakan jalan (-jalan) bagi seorang hamba [salik] untuk berdekat-dekatan dengan Tuhannya, Dzat Yang Maha Gaib. Agama dalam hal ini lebih sebagai laris spiritual, menghayati kehidupan dengan jiwa ketuhanan yang sepi ing pamrih, berpikir aktual terhadap takdir Tuhan. Laku spiritual ini hanya bisa dijalankan oleh jiwa-jiwa yang siap lahir-batin menyerahkan hidupnya untuk menapaki jalan syari'at, thariqat, haqiqat, dan ma'rifat.
Namun, tidak selalu jalan menuju kesadaran ketuhanan sanggup ditempuh melalui jalan "positif" menyerupai pada umumnya. Di seberang sana, ada jalan "negatif" yang justru tidak kalah mencengangkan, menyerupai yang dilakoni oleh tokoh "Saya Sudrun" dalam novel ini. Jalan lain Saya Sudrun, Kiai Sudrun, atau Sudrun Edan, yaitu menapaki jalan menemukan Allah Robbul 'Alamin dari Iblis, makhluk Tuhan yang divonis sesat dan terkutuk. Bagaimana mungkin menemukan kebenaran Ilahiah dari Iblis? Jangan-jangan itu yaitu bisikan setan untuk menjerumuskannya menuju kesesatan?!
Karya ini sangat menarik alasannya yaitu menghadirkan perspektif gres soal perilaku keberagamaan kita, dengan kemasan dongeng yang menakjubkan. Di dalam tradisi sufisme dalam pengertiannya yang luas prototipenya bisa dirujuk ke Sunan Giri dan Sunan Kalijaga, sampai ke aliran tasawuf Ibn 'Arabi, novel ini mengisahkan jalan ke-salik-an Saya Sudrun dalam menemukan kebenaran Ilahiah, pengembaraan batiniah, menjalani kehidupan dengan bermacam-macam huruf insan lintas-agama dan lintas-aliran, memungut hakikat cinta sejati dari orang-orang yang dijumpainya.
Saya Sudrun bukanlah insan yang serba tahu, suci, dan terbebas dari dosa. Karena ke-sudrun-annya, yang berbeda dari insan pada umumnya, Saya Sudrun dianugerahi kemampuan berkomunikasi dengan apa yang digambarkannya sebagai Kilatan Cahaya Petir. Dari kilatan cahaya yang asing dan misterius itulah, Saya Sudrun memperolah pencerahan ihwal hakikat aliran Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.
Penulis: Agus Sunyoto
Tanggal terbit: Juli - 2012
Jumlah Halaman: 564
Penerbit: Pustaka Sastra LKis
ISBN: 9789792553765
Baca-Download: Google Drive
Sebagai jalan menuju kesadaran ketuhanan, agama menyediakan jalan (-jalan) bagi seorang hamba [salik] untuk berdekat-dekatan dengan Tuhannya, Dzat Yang Maha Gaib. Agama dalam hal ini lebih sebagai laris spiritual, menghayati kehidupan dengan jiwa ketuhanan yang sepi ing pamrih, berpikir aktual terhadap takdir Tuhan. Laku spiritual ini hanya bisa dijalankan oleh jiwa-jiwa yang siap lahir-batin menyerahkan hidupnya untuk menapaki jalan syari'at, thariqat, haqiqat, dan ma'rifat.
Namun, tidak selalu jalan menuju kesadaran ketuhanan sanggup ditempuh melalui jalan "positif" menyerupai pada umumnya. Di seberang sana, ada jalan "negatif" yang justru tidak kalah mencengangkan, menyerupai yang dilakoni oleh tokoh "Saya Sudrun" dalam novel ini. Jalan lain Saya Sudrun, Kiai Sudrun, atau Sudrun Edan, yaitu menapaki jalan menemukan Allah Robbul 'Alamin dari Iblis, makhluk Tuhan yang divonis sesat dan terkutuk. Bagaimana mungkin menemukan kebenaran Ilahiah dari Iblis? Jangan-jangan itu yaitu bisikan setan untuk menjerumuskannya menuju kesesatan?!
Karya ini sangat menarik alasannya yaitu menghadirkan perspektif gres soal perilaku keberagamaan kita, dengan kemasan dongeng yang menakjubkan. Di dalam tradisi sufisme dalam pengertiannya yang luas prototipenya bisa dirujuk ke Sunan Giri dan Sunan Kalijaga, sampai ke aliran tasawuf Ibn 'Arabi, novel ini mengisahkan jalan ke-salik-an Saya Sudrun dalam menemukan kebenaran Ilahiah, pengembaraan batiniah, menjalani kehidupan dengan bermacam-macam huruf insan lintas-agama dan lintas-aliran, memungut hakikat cinta sejati dari orang-orang yang dijumpainya.
Saya Sudrun bukanlah insan yang serba tahu, suci, dan terbebas dari dosa. Karena ke-sudrun-annya, yang berbeda dari insan pada umumnya, Saya Sudrun dianugerahi kemampuan berkomunikasi dengan apa yang digambarkannya sebagai Kilatan Cahaya Petir. Dari kilatan cahaya yang asing dan misterius itulah, Saya Sudrun memperolah pencerahan ihwal hakikat aliran Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.
Detail Buku:
Judul: Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating DiyuPenulis: Agus Sunyoto
Tanggal terbit: Juli - 2012
Jumlah Halaman: 564
Penerbit: Pustaka Sastra LKis
ISBN: 9789792553765
Baca-Download: Google Drive
0 Response to "Sastra Jendra Hayuningrat Karya Agus Sunyoto"
Post a Comment
Blog ini merupakan Blog Dofollow, karena beberapa alasan tertentu, sobat bisa mencari backlink di blog ini dengan syarat :
1. Tidak mengandung SARA
2. Komentar SPAM dan JUNK akan dihapus
3. Tidak diperbolehkan menyertakan link aktif
4. Berkomentar dengan format (Name/URL)
NB: Jika ingin menuliskan kode pada komentar harap gunakan Tool untuk mengkonversi kode tersebut agar kode bisa muncul dan jelas atau gunakan tool dibawah "Konversi Kode di Sini!".
Klik subscribe by email agar Anda segera tahu balasan komentar Anda