Pengertian Dan Model Kepemimpinan
Monday, July 12, 2021
Add Comment
| Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan administrasi ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji ihwal kepemimpinan dengan banyak sekali sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dilihat dari talenta saja, akan tetapi sanggup dilihat dari penyiapan sesuatu secara berencana dan sanggup melatih calon calon pemimpin. Kepemimpinan yaitu proses memengaruhi atau memberi pola oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan yaitu proses memengaruhi atau memberi pola oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan yaitu "melakukannya dalam kerja" dengan praktik menyerupai pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi.
Adapun beberapa pengertian kepemimpinan berdasarkan pendapat jago yakni sebagai berikut:
Menurut Hemhill dan Coons terkait dengan pengertian kepemimpinan yaitu sikap dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goals).
Menurut Tannenbaum, Weschler dan Masarik menyatakan bahwa kepemimpinan yaitu Pengaruh antar eksklusif yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu”.
Pengertian kepemimpinan berdasarkan S.P. Siagian menyatakan bahwa kepemimpinan yaitu suatu keterampilan dan kemampuan dari seseorang yang telah menduduki jabatan menjadi pimpinan dalam sebuah pekerjaan dalam mempengaruhi tindakan orang lain, terutama kepada bawahannya supaya berfikir dan bertingkah laris sedemikian rupa sehingga melalui tingkah laris positif ini sanggup menawarkan sumbangan yang konkret didalam pencapaian tujuan organisasi.
Kepemimpinan yaitu proses memengaruhi atau memberi pola oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan yaitu "melakukannya dalam kerja" dengan praktik menyerupai pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi.
Adapun beberapa pengertian kepemimpinan berdasarkan pendapat jago yakni sebagai berikut:
Menurut Hemhill dan Coons terkait dengan pengertian kepemimpinan yaitu sikap dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goals).
Menurut Tannenbaum, Weschler dan Masarik menyatakan bahwa kepemimpinan yaitu Pengaruh antar eksklusif yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu”.
Pengertian kepemimpinan berdasarkan S.P. Siagian menyatakan bahwa kepemimpinan yaitu suatu keterampilan dan kemampuan dari seseorang yang telah menduduki jabatan menjadi pimpinan dalam sebuah pekerjaan dalam mempengaruhi tindakan orang lain, terutama kepada bawahannya supaya berfikir dan bertingkah laris sedemikian rupa sehingga melalui tingkah laris positif ini sanggup menawarkan sumbangan yang konkret didalam pencapaian tujuan organisasi.
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, alasannya prinsip-prinsip dan rumusannya dibutuhkan sanggup mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut memperlihatkan adanya beberapa kesamaan.
Dalam teori kepribadian berdasarkan Moejiono memandang bahwa kepemimpinan tersebut sebetulnya sebagai akhir imbas satu arah, lantaran pemimpin mungkin mempunyai kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya.
Kimbal Young menyatakan bahwa kepemimpinan yaitu suatu bentuk dominasi yang disengaja atau disadari oleh kemampuan eksklusif yang bisa mendorong atau mengajak kepada orang lain dalam melaksanakan sesuatu berdasarkan atas penerimaan oleh kelompoknya dan mempunyai keahlian yang khusus secara tepat bagi situasi yang khusus.
Menurut Ordway tead dalam bukunya The Art Of Leader Ship yang menyatakan bahwa kepemimpinan yaitu suatu kegiatan dalam mempengaruhi orang-orang supaya mereka ingin bekerja sama dalam mencapai tujuan yang kita inginkan.
Pengertian kepemimpinan berdasarkan George R. Terry menyatakan bahwa kepemimpinan yaitu suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang supaya mereka menyukai untuk berusaha dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok atua organisasi.
Menurut Howard H. Hoyt menyatakan bahwa kepemimpinan yaitu seni untuk bisa mempengaruhi segala tingkah laris dari manusia, dan mempunyai kemampuan dalam membimbing seseorang.
Kekuasaan (power) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi individu lain ataupun kelompok lain. Kekuasaan yang dimiliki seseorang akan menempatkan orang tersebut dalam suatu kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain yang dipengaruhinya. Pada umumnya kekuasaan akan membuat suatu kekerabatan yang vertical dalam suatu organisasi. Kekuasaan juga akan memilih siapa yang pantas dan seharusnya mengambil keputusan (decision making) dalam suatu organisasi.
Baca Juga: Peran dan fungsi Public Relation
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven ini menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi. Dengan kata lain, orang atau orang-orang yang mempunyai saluran terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu sendiri.
Model model kepemimpinan
1. Model Kontigensi Fiedler
Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi lantaran model tersebut beranggapan bahwa bantuan pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut yaitu kekerabatan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur kiprah (the task structure) dan kekuatan posisi (position power). Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan hingga sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.
2. Model Kepemimpinan Vroom – Jago
Model kepemimpinan ini menetapkan mekanisme pengambilan keputusan yang paling efektif dalam situasi tertentu. Dua gaya kepemimpinan yang disarankan yaitu autokratis dan gaya konsultatif, dan satu gaya berorientasi keputusan bersama.
Dalam pengembangan model ini, Vroom dan Yetton membuat beberapa perkiraan yaitu:
Model kontinum kepemimpinan berdasarkan banyaknya kiprah serta bawahan dalam pembuatan keputusan (Vroom-Yetton)
Dalam model ini terdapat dua macam kondisi utama yang sanggup dijadikan dasar bagi pemimpin untuk mengikutsertakan bawahan atau tidak mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan keputusan, antara lain:
3. Model Kepemimpinan Jalur Tujuan
Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya imbas pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini yaitu teori motivasi eksperimental. Model kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert House yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam banyak sekali situasi.
Menurut Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat memilih efektifitas pemimpin yaitu karakteristik eksklusif para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi menyerupai contohnya peraturan dan mekanisme yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih tepat dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum sanggup menghasilkan penjelasan yang terperinci ihwal kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laris pemimpin dan variabel situasional.
4. Model Kepemimpinan Situasional (Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard)
Pendekatan situasional menekankan pada ciri-ciri eksklusif pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri eksklusif ini, dan membantu pimpinan dengan garis aliran sikap yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional.
Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang menyampaikan adanya asas-asas organisasi dan administrasi yang bersifat universal, dan pandangan yang beropini bahwa tiap organisasi yaitu unik dan mempunyai situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.
Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa intinya pendekatan kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat sikap kepemimpinan yang khusus dari sangat direktif, partisipatif, supportif hingga laissez-faire. Perilaku mana yang paling efektif tergantung pada kemampuan dan kesiapan pengikut. Sedangkan kesiapan dalam konteks ini yaitu merujuk pada hingga dimana pengikut mempunyai kemampuan dan kesediaan untuk menuntaskan kiprah tertentu.
Namun, pendekatan situasional dari Hersey dan Blanchard ini berdasarkan Kreitner dan Kinicki (2005) tidak didukung secara kuat oleh penelitian ilmiah, dan inkonsistensi hasil penelitian mengenai kepemimpinan situasional ini dinyatakan oleh Kreitner dan Kinicki (2005) dalam banyak sekali penelitian sehingga pendekatan ini tidaklah akurat dan sebaiknya hanya digunakan dengan catatan-catatan khusus.
Dalam model ini, berdasarkan pendekatan situasional tiada satu jalan terbaik untuk mempengaruhi seseorang atau tiada satu jalan terbaik untuk memimpin. Pendekatan berdasarkan atas kekerabatan antara sikap tugas, sikap hubungan, serta tingkat kematangan bawahan. Kepemimpinan situasional berdasarkan saling imbas antara:
Sumber:
Ivancevich, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga
Kreitner dan Kinicki. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta : salemba Empat
Robbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta : salemba empat
1. Model Kontigensi Fiedler
Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi lantaran model tersebut beranggapan bahwa bantuan pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut yaitu kekerabatan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur kiprah (the task structure) dan kekuatan posisi (position power). Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan hingga sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.
Model kontingensi diciptakan oleh E. Fiedler. Model ini menjelaskan bahwa pemimpin akan berhasil menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda dalam menghadapi situasi yang berbeda. Tidak ada pemimpin yang berhasil dengan hanya menerapkan satu macam gaya untuk segala situasi.
Terdapat 3 ( tiga ) sifat situasi yang kuat terhadap efektifitas kepemimpinan, yaitu:
Terdapat 3 ( tiga ) sifat situasi yang kuat terhadap efektifitas kepemimpinan, yaitu:
- Hubungan antara pemimpin dan anggota merupakan variabel yang sangat kritis dalam memilih situasi yang menguntungkan.
- Derajat susunan tugas, merupakan masukan kedua yang sangat penting untuk situasi yang menguntungkan.
- Kedudukan kekuasaan pemimpin yang diperoleh melaui wewenang formal, yaitu dimensi sangat kritis yang ketiga dari situasi.
2. Model Kepemimpinan Vroom – Jago
Model kepemimpinan ini menetapkan mekanisme pengambilan keputusan yang paling efektif dalam situasi tertentu. Dua gaya kepemimpinan yang disarankan yaitu autokratis dan gaya konsultatif, dan satu gaya berorientasi keputusan bersama.
Dalam pengembangan model ini, Vroom dan Yetton membuat beberapa perkiraan yaitu:
- Model ini harus sanggup menawarkan kepada para pemimpin, gaya yang harus digunakan dalam banyak sekali situasi.
- Tidak ada satu gaya yang sanggup digunakan dalam segala situasi.
- Fokus utama harus dilakukan pada persoalan yang akan dihadapi dan situasi dimana persoalan ini terjadi.
- Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam satu situasi dihentikan membatasi gaya yang digunakan dalam situasi yang lain.
- Beberapa proses sosial kuat pada tingkat partisipasi dari bawahan dalam pemecahan masalah.
Model kontinum kepemimpinan berdasarkan banyaknya kiprah serta bawahan dalam pembuatan keputusan (Vroom-Yetton)
Dalam model ini terdapat dua macam kondisi utama yang sanggup dijadikan dasar bagi pemimpin untuk mengikutsertakan bawahan atau tidak mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan keputusan, antara lain:
- Tingkat efektivitas teknis diantara para bawahan
- Tingkat motivasi serta sumbangan para bawahan
3. Model Kepemimpinan Jalur Tujuan
Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya imbas pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini yaitu teori motivasi eksperimental. Model kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert House yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam banyak sekali situasi.
Menurut Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat memilih efektifitas pemimpin yaitu karakteristik eksklusif para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi menyerupai contohnya peraturan dan mekanisme yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih tepat dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum sanggup menghasilkan penjelasan yang terperinci ihwal kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laris pemimpin dan variabel situasional.
4. Model Kepemimpinan Situasional (Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard)
Pendekatan situasional menekankan pada ciri-ciri eksklusif pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri eksklusif ini, dan membantu pimpinan dengan garis aliran sikap yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional.
Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang menyampaikan adanya asas-asas organisasi dan administrasi yang bersifat universal, dan pandangan yang beropini bahwa tiap organisasi yaitu unik dan mempunyai situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.
Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa intinya pendekatan kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat sikap kepemimpinan yang khusus dari sangat direktif, partisipatif, supportif hingga laissez-faire. Perilaku mana yang paling efektif tergantung pada kemampuan dan kesiapan pengikut. Sedangkan kesiapan dalam konteks ini yaitu merujuk pada hingga dimana pengikut mempunyai kemampuan dan kesediaan untuk menuntaskan kiprah tertentu.
Namun, pendekatan situasional dari Hersey dan Blanchard ini berdasarkan Kreitner dan Kinicki (2005) tidak didukung secara kuat oleh penelitian ilmiah, dan inkonsistensi hasil penelitian mengenai kepemimpinan situasional ini dinyatakan oleh Kreitner dan Kinicki (2005) dalam banyak sekali penelitian sehingga pendekatan ini tidaklah akurat dan sebaiknya hanya digunakan dengan catatan-catatan khusus.
Dalam model ini, berdasarkan pendekatan situasional tiada satu jalan terbaik untuk mempengaruhi seseorang atau tiada satu jalan terbaik untuk memimpin. Pendekatan berdasarkan atas kekerabatan antara sikap tugas, sikap hubungan, serta tingkat kematangan bawahan. Kepemimpinan situasional berdasarkan saling imbas antara:
- Sejumlah petunjuk dan pengarahan (perilaku tugas) yang pemimpin berikan
- Sejumlah pendukungan emosional (perilaku hubungan) yang pemimpin berikan
- Tingkat kematangan yang ditunjukan oleh bawahan dalam melaksanakan kiprah khusus, fungsi, atau sasaran.
Ivancevich, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga
Kreitner dan Kinicki. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta : salemba Empat
Robbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta : salemba empat
0 Response to "Pengertian Dan Model Kepemimpinan"
Post a Comment
Blog ini merupakan Blog Dofollow, karena beberapa alasan tertentu, sobat bisa mencari backlink di blog ini dengan syarat :
1. Tidak mengandung SARA
2. Komentar SPAM dan JUNK akan dihapus
3. Tidak diperbolehkan menyertakan link aktif
4. Berkomentar dengan format (Name/URL)
NB: Jika ingin menuliskan kode pada komentar harap gunakan Tool untuk mengkonversi kode tersebut agar kode bisa muncul dan jelas atau gunakan tool dibawah "Konversi Kode di Sini!".
Klik subscribe by email agar Anda segera tahu balasan komentar Anda